HABIBANA SAYYIDIY SHOHIBUL FADHILAH AL-'ALLAMAH
"AL-HABIB MUHAMMAD RAFIQ BIN LUQMAN AL-KAFF GATHMYR"
"AL-HABIB MUHAMMAD RAFIQ BIN LUQMAN AL-KAFF GATHMYR"
Selain sering mengisi taklim di berbagai daerah pinggiran Jakarta, shohibul Fadhilah As-sayyid Al-Habib M Rafiq bin Luqman al-Kaff Gathmyr juga dikenal sebagai pemimpin Majelis Taklim Al Yusrain yang jamaahnya rata-rata banyak diikuti oleh anak-anak muda. Tahun ini, majlisnya menggelar 100 hari berturut-turut memperingati Maulid Rasulullah SAW dengan berkeliling dari kampung ke kampung
Beliau Lahir di Palembang, 23 September 1974, beliau anak dari Al-Habib Luqman bin Abdullah Al-Kaff Gathmyr dan Syarifah Faridah binti Hod Al-Kaff,beliau adalah anak sulung dari lima bersaudara,adik beliau adalah
2.Al-Habib Ahmad Kazim Al-Kaff( aktif dikepengurusan Majlis Al-Yusrain cempaka putih Jak-pus dan jabar)
3.As-Syarifah Khadijah Al-Kaff,(alumni Ponpes Darus Surur dan Ponpes Al-fakhriyah)
4.Al-Habib Abdullah Fikri Al-Kaff (alumni Ponpes Darussurur)
5.Al-Habib Ali Ridho Al-Kaff (alumni Darul Mushtofa-Solo,Hafidz Quran 15 juz)
Al-Hamdulillah semua saudara beliau ini semuanya aktif dalam dunia Majlis Ta'lim
sejak kecil ia selalu berada di lingkungan yang taat beragama. “Sejak kecil saya sering diajak ke berbagai majelis taklim di Palembang oleh sang ayahanda, "Habib Lukman Al-Kaff Gathmyr." Dari situ saya mendapat banyak manfaat, antara lain berkah dari beberapa habaib yang masyhur,” kenang beliau.
kakek Habib M Rafiq, yakni Habib Abdullah Al-Kaff Gatmyr adalah seorang pejuang kemerdekaan RI yang mempunyai kedekatan khusus dengan Presiden RI 1 yakni Soekarno. Habib Abdullah Al-Kaff pernah menjadi anggota DPR-GR dan DPRS/MPRS dari fraksi Generasi Pertama Nahdlatul Ulama. Sang kakek, wafat pada tahun 1974 dan dimakamkan di Bandung.
Pengalaman masa kecil beliaulah juga yang mendorongnya selalu memperdalam ilmu agama. “Ketika masih kecil, saya pernah dititipkan ke Madrasah Ibtidaiyah Adabiyah, Palembang. Di Palembang, sehari-hari saya tekun belajar agama. Pengalaman yang sungguh mengesankan,” ujar beliau
Lepas dari Madrasah Ibtidaiyah, ia kemudian melanjutkan ke Ponpes Ar-Riyadh, Palembang.sampai tahun 1990-an. Ia kemudian melanjutkan kembali pendidikan pesantren ke Pondok Pesantren di Jawa Barat, namun tidak berlangsung lama. Beliau kemudian belajar pada Habib Umar bin Ahmad bin Syahab belajar tahun 1991 sampai 1997 sampai beliau meninggal. Pelajaran thariqah dan tasawuf banyak ditimba dari habib yang disepuhkan di Palembang itu. ”Beliau adalah salah seorang wali yang arif dan wara’ di kota ini. Cara mengajarnya mengesankan . Habib Umar bin Ahmad Syahab mengajar Habib rafiq lazimnya jalan kasyaf, yakni dengan tidak pernah membuka kitab di depannya, dan itu berlangsung selama tujuh tahun.”
Banyak pengalaman berkesan ditimba oleh Belaiu terhadap gurunya itu, menurutnya Habib Umar adalah seorang ahlu kasyaf jalli ( kasyaf yang berderajat mutlak ) . Ia sempat khalwat di tangan Habib Umar selama beberapa tahun ala adab tariqah alawiyah dan adabnya yang benar. ”Diantara orang-orang mukasyifin, hanya beberapa orang saja yang mencapai maqam seperti itu. Dan Habib Umar adalah salah satunya. Setiap gerakan hati saya selalu terpantau, beliau tahu setiap lintasan hati saya “
Pesan dari Habib Umar kepada beliau yang masih terkesan sampai sekarang yakni ‘menjadi lelaki yang sejati’. ”Beliau menyangka itu adalah kata mutiara. Cuma setelah diteliti, itu istilah jadilah ahli suluk sejati.”
Dakwah keliling sudah dimulai dari umur 7 tahun, pernah salah satu pengalaman beliau ia bersama Habib Umar bin Abdul Aziz dan Habib Novel bin Abdullah Al-Kaff ke daerah Telang, Musi Banyuasin(Muba), Sungsang dan daerah-daerah terpencil di sekitar Palembang. Pada 1990-an mulai aktif mengajar di sekolah malam , Baitul Ulum dan saat itu juga pernah menjadi penyiar Radio. Selama menempuh pendidikan di pesantren Ar-Riyadh, ia sebenarnya tertarik ke dunia Kaligrafi, kebetulan ia memang senang melukis sketsa tinta Cina dan pensil. Kebetulan ia belajar Kaligrafi dengan seorang guru lulusan dari Darul Ulum, Mekkah yakni Ustadz Abdul Karim (dari Lampung), bahkan sempat menjadi kaligrafer profesional. Selama menempuh pendidikan di Madrasah, ia sudah banyak prestasi mulai juara Kaligrafi se-Provinsi Sumatera Selatan, ceramah tingkat kecamatan.
Tahun 1991 beliau ke Jakarta dan melakukan iktikaf di masjid Darus Sa’adah, Cempaka Putih sampai setengah tahun lamanya dan tinggal di menara masjid sambil berkhalwat. Baru pada tahun 1992 mendirikan Majelis Taklim Al-Yusrain dan mengajar di sekitar daerah Galur, Senin, Jakarta Pusat.” Alyusrain ialah nama kapal dan menjadi nama kampong dipalembang dan konon kampung ini ialah kampung tempat berkumpulnya para wali , seper dijelaskan oleh Al Imam Alhabib Alwi Al-Yusrain didalam kitab beliau “ Syamsuz zhohiroh “ , beliau termasyhur di hadromut dan wali besar di zamanya . Habib rafiq mengajar kitab fiqh Safinatul Najah dan Adab Sulukil Murid karya Imam Abdullah bin Alwi Al-Hadad. Perlu diketahui bahwa Majlis Ta’lim Al-Yusrain adalah cikal bakal majlis habib muda yang pertama kali dijakarta sebelum majlis nurul musthofa , majlis rasulullah dan majlis lainya .
Beliau sempat pulang ke Palembang karena ibundanya sakit. Majelisnya di Jakarta kemudian dipegang oleh Adiknya Habib Ahmad Kazim. Selama di Palembang ia juga merintis 40 hari peringatan Maulid berkeliling kampung berpindah-pindah tempat.
Saat ini beliau telah menulis 5 buku manakib, diantaranya yakni Manakib Kiswah Habaib Palembang, Manakib Al Faqih Al Muqadam, Manakib Syekh Alwi Al Ghuyur, Manakib Habib Abdurrahman Assegaf dan Syekh Muhammad bin Ali Mauladawileh, Manakib Habib Abdullah Alaydrus dan Manakib Syekh Abu Bakar bin Salim. ”Saya rasa ada kepentingan sejarah, karena diantara kalangan habaib dan para pencintanya perlu untuk mengenali mereka ini dan orang-orang yang belum mengenal. Alhamdulilah, buku-buku itu sudah beredar ke Malaysia dan sedang dialihbahasakan dalam bahasa Inggris.” Selain dalam lima buku, ia juga sedang menyelesaikan novel tasawuf dan buku-buku sejarah (manakib). Buku-buku manaqib inipun adalah yang pertama diterjemahkan dalam bahasa Indonesia .
(dinukil dari wawancara sdr.Aji setiawan-bulletin Al-Kisah)
2.Al-Habib Ahmad Kazim Al-Kaff( aktif dikepengurusan Majlis Al-Yusrain cempaka putih Jak-pus dan jabar)
3.As-Syarifah Khadijah Al-Kaff,(alumni Ponpes Darus Surur dan Ponpes Al-fakhriyah)
4.Al-Habib Abdullah Fikri Al-Kaff (alumni Ponpes Darussurur)
5.Al-Habib Ali Ridho Al-Kaff (alumni Darul Mushtofa-Solo,Hafidz Quran 15 juz)
Al-Hamdulillah semua saudara beliau ini semuanya aktif dalam dunia Majlis Ta'lim
sejak kecil ia selalu berada di lingkungan yang taat beragama. “Sejak kecil saya sering diajak ke berbagai majelis taklim di Palembang oleh sang ayahanda, "Habib Lukman Al-Kaff Gathmyr." Dari situ saya mendapat banyak manfaat, antara lain berkah dari beberapa habaib yang masyhur,” kenang beliau.
kakek Habib M Rafiq, yakni Habib Abdullah Al-Kaff Gatmyr adalah seorang pejuang kemerdekaan RI yang mempunyai kedekatan khusus dengan Presiden RI 1 yakni Soekarno. Habib Abdullah Al-Kaff pernah menjadi anggota DPR-GR dan DPRS/MPRS dari fraksi Generasi Pertama Nahdlatul Ulama. Sang kakek, wafat pada tahun 1974 dan dimakamkan di Bandung.
Pengalaman masa kecil beliaulah juga yang mendorongnya selalu memperdalam ilmu agama. “Ketika masih kecil, saya pernah dititipkan ke Madrasah Ibtidaiyah Adabiyah, Palembang. Di Palembang, sehari-hari saya tekun belajar agama. Pengalaman yang sungguh mengesankan,” ujar beliau
Lepas dari Madrasah Ibtidaiyah, ia kemudian melanjutkan ke Ponpes Ar-Riyadh, Palembang.sampai tahun 1990-an. Ia kemudian melanjutkan kembali pendidikan pesantren ke Pondok Pesantren di Jawa Barat, namun tidak berlangsung lama. Beliau kemudian belajar pada Habib Umar bin Ahmad bin Syahab belajar tahun 1991 sampai 1997 sampai beliau meninggal. Pelajaran thariqah dan tasawuf banyak ditimba dari habib yang disepuhkan di Palembang itu. ”Beliau adalah salah seorang wali yang arif dan wara’ di kota ini. Cara mengajarnya mengesankan . Habib Umar bin Ahmad Syahab mengajar Habib rafiq lazimnya jalan kasyaf, yakni dengan tidak pernah membuka kitab di depannya, dan itu berlangsung selama tujuh tahun.”
Banyak pengalaman berkesan ditimba oleh Belaiu terhadap gurunya itu, menurutnya Habib Umar adalah seorang ahlu kasyaf jalli ( kasyaf yang berderajat mutlak ) . Ia sempat khalwat di tangan Habib Umar selama beberapa tahun ala adab tariqah alawiyah dan adabnya yang benar. ”Diantara orang-orang mukasyifin, hanya beberapa orang saja yang mencapai maqam seperti itu. Dan Habib Umar adalah salah satunya. Setiap gerakan hati saya selalu terpantau, beliau tahu setiap lintasan hati saya “
Pesan dari Habib Umar kepada beliau yang masih terkesan sampai sekarang yakni ‘menjadi lelaki yang sejati’. ”Beliau menyangka itu adalah kata mutiara. Cuma setelah diteliti, itu istilah jadilah ahli suluk sejati.”
Dakwah keliling sudah dimulai dari umur 7 tahun, pernah salah satu pengalaman beliau ia bersama Habib Umar bin Abdul Aziz dan Habib Novel bin Abdullah Al-Kaff ke daerah Telang, Musi Banyuasin(Muba), Sungsang dan daerah-daerah terpencil di sekitar Palembang. Pada 1990-an mulai aktif mengajar di sekolah malam , Baitul Ulum dan saat itu juga pernah menjadi penyiar Radio. Selama menempuh pendidikan di pesantren Ar-Riyadh, ia sebenarnya tertarik ke dunia Kaligrafi, kebetulan ia memang senang melukis sketsa tinta Cina dan pensil. Kebetulan ia belajar Kaligrafi dengan seorang guru lulusan dari Darul Ulum, Mekkah yakni Ustadz Abdul Karim (dari Lampung), bahkan sempat menjadi kaligrafer profesional. Selama menempuh pendidikan di Madrasah, ia sudah banyak prestasi mulai juara Kaligrafi se-Provinsi Sumatera Selatan, ceramah tingkat kecamatan.
Tahun 1991 beliau ke Jakarta dan melakukan iktikaf di masjid Darus Sa’adah, Cempaka Putih sampai setengah tahun lamanya dan tinggal di menara masjid sambil berkhalwat. Baru pada tahun 1992 mendirikan Majelis Taklim Al-Yusrain dan mengajar di sekitar daerah Galur, Senin, Jakarta Pusat.” Alyusrain ialah nama kapal dan menjadi nama kampong dipalembang dan konon kampung ini ialah kampung tempat berkumpulnya para wali , seper dijelaskan oleh Al Imam Alhabib Alwi Al-Yusrain didalam kitab beliau “ Syamsuz zhohiroh “ , beliau termasyhur di hadromut dan wali besar di zamanya . Habib rafiq mengajar kitab fiqh Safinatul Najah dan Adab Sulukil Murid karya Imam Abdullah bin Alwi Al-Hadad. Perlu diketahui bahwa Majlis Ta’lim Al-Yusrain adalah cikal bakal majlis habib muda yang pertama kali dijakarta sebelum majlis nurul musthofa , majlis rasulullah dan majlis lainya .
Beliau sempat pulang ke Palembang karena ibundanya sakit. Majelisnya di Jakarta kemudian dipegang oleh Adiknya Habib Ahmad Kazim. Selama di Palembang ia juga merintis 40 hari peringatan Maulid berkeliling kampung berpindah-pindah tempat.
Saat ini beliau telah menulis 5 buku manakib, diantaranya yakni Manakib Kiswah Habaib Palembang, Manakib Al Faqih Al Muqadam, Manakib Syekh Alwi Al Ghuyur, Manakib Habib Abdurrahman Assegaf dan Syekh Muhammad bin Ali Mauladawileh, Manakib Habib Abdullah Alaydrus dan Manakib Syekh Abu Bakar bin Salim. ”Saya rasa ada kepentingan sejarah, karena diantara kalangan habaib dan para pencintanya perlu untuk mengenali mereka ini dan orang-orang yang belum mengenal. Alhamdulilah, buku-buku itu sudah beredar ke Malaysia dan sedang dialihbahasakan dalam bahasa Inggris.” Selain dalam lima buku, ia juga sedang menyelesaikan novel tasawuf dan buku-buku sejarah (manakib). Buku-buku manaqib inipun adalah yang pertama diterjemahkan dalam bahasa Indonesia .
(dinukil dari wawancara sdr.Aji setiawan-bulletin Al-Kisah)
حفظ الله
BalasHapus