Minggu, 30 Mei 2010

SHOHIBUL FADHILAH AS-SAYYID AL-HABIB MUHAMMAD BIN ALWI SHAHAB



Usianya masih terbilang muda, namun Sayid Muhammad bin Alwy Syahab ini gigih berdakwah di kawasan Jakarta Selatan. Majelis Taklim Wat Tadzkir Al Yusrain yang dipimpinnya banyak diikuti oleh kalangan anak muda

Putra ketujuh dari 9 bersaudara Habib Alwy Syahab ini dilahirkan di Palembang 19 Maret 1981. Usianya memang terbilang masih muda, namun Sayid Muhammad ini hampir selama lima tahun terakhir ini membina Majelis Taklim Al-Yusrain Cabang Jakarta Selatan dan sekaligus menjadi wakil ketua umum Majelis Taklim Wat Tadzkir Al Yusrain. Hampir sudah lima tahun terakhir ini ia mengelola majelis taklim yang banyak diikuti oleh anak-anak muda di kawasan Jakarta Selatan.

Tantangannya berdakwah di Jakarta Selatan, selalu ada. Apalagi area Jakarta Selatan mulai dari Buncit, Pomad, Manggarai, Buncit, Duren Tiga, Kalibata, Pejaten, Kebagusan, Depok. “Tantangan orang sekarang sebenarnya hanya sebatas di omongan saja. Ibaratnya tantangan itu hanya mau menjatuhkan semangat untuk berdakwah. Tapi itu justru semakin memicu atau cambukan semangat hati saya untuk berdakwah,” katanya.

Dicontohkan, kalau majelis taklim di Jakarta ini tergantung dari jumlah jamaahnya di mana kalau jamaahnya lebih ramai atau banyak, itu yang disukai oleh jamaah. Tapi baginya, majelis taklim yang dikelola sebenarnya lebih menekankan untuk bertaklim dan bertadkir mengenai ilmu. ”Ini dimaksudkan agar tidak saja mendapatkan ilmu saja, tapi juga bisa bermanfaat bagi kehidupan di dunia dan akhirat.”


Jadwal Majelis Taklim Wat Tadzkir di cabang Jakarta Selatan sebenarnya berlangsung harian dan berpindah-pindah tempat dimulai tiap habis shalat Isya. Adapun materi pelajarannya meliputi tafsir, tarikh, fiqh, tasawuf. Kitab yang dipakai diantaranya mengkaji kitab Al-Anwarul Muhammadiyah (karya As-Syekh Yusuf bin Ismail An-Nabhani), As-Syifa (karya Imam Qadhi Iyadh) dan lain-lain. Setiap minggu seluruh jamaah di kumpulkan di Jl H Samali Kalibata, Jakarta Selatan dengan membaca wirid Dalailul Khairaat. Khusus di bulan Maulid, majelisnya mengadakan 100 hari peringatan maulid yang digelar sejak pertengahan bulan Maret yang lalu dan diperkirakan akan berakhir pada 29 Juni 2007 mendatang.

Pendidikan agama dari Sayid Muhammad selain diperoleh dari kedua orang tuanya sejak kecil. Ia kemudian masuk ke sekolah Madrasah Ibtidaiyah Adabiyah, Delapan Ilir, Palembang dan lulus pada tahun 1992. Selain sekolah di pendidikan umum, ia juga masuk ke sekolah diniyah pada madrasah yang sama, yang banyak memuat pendidikan agama Islam pada sore harinya.


Selama masih sekolah diniyah ia juga memperdalam ilmu agama pada ulama-ulama yang ada di Palembang. Salah satunya adalah dengan mengikuti taklim dari Habib Umar bin Abdul Aziz, Habib Novel Al-Kaff, Habib Umar bin Syahab. ”Yang paling berkesan dari Habib Umar bin Abdullah Syahab adalah pesannya kepada saya yakni untuk mengejar tujuan hidup.’Kejarlah tujuan hidup itu dunia dan akhirat’.”

Karena itulah, ia banyak belajar dengan sungguh dan sekolah Tsanawiyah dan SMA di tamatkan di Palembang. Ia juga bertaklim pada sahabat terdekat dari Habib Umar bin Abdullah Syahab yakni Habib Muhammad bin Abdullah Al-Habsyi di rumahnya. Ia menyempatkan selama tiga hari dalam satu minggu belajar mulai dari fiqh (safinatul najah), tarikh, tasawuf, dan lain-lain.

Setelah dirasa cukup menimba ilmu agama di Palembang, pada saat itu sebenarnya ia mengalami kebimbangan, akan masuk ke akademis (universitas atau mahad). Ia kemudian bertanya kepada gurunya yakni Habib Muhammad Al-Habsyi. Ternyata Sayid Muhammad mendapat dukungan penuh untuk meneruskan ke mahad (Pesantren) Darul Hadits, Malang, Jawa Timur.


Ia kemudian masuk Darul Hadits mulai tahun 1998 sampai 2002 di bawah bimbigan Habib Abdurrahman bin Abdullah Bilfagih. Selepas dari Darul Hadits, ia sempat mau melanjutkan ke Hadramaut. Kebetulan, adiknya sedang menempuh pendidikan taklim di Darul Musthofa, Tarim Hadramaut. Maka sebelum berangkat ke Hadramaut, ia sempat bertanya pada adik yang ada di Hadramaut untuk bisa dilihat bagaimana masa depan pendidikannya di sana.

Sang adik, Syarifah Aluya kemudian bertanya kepada Habib Abdullah bin Muhammad bin Alwy bin Idrus bin Syahab.Ternyata Mufti Hadramaut sekarang itu bukan memberikan jawaban, tapi langsung memberi ijazah dan imamah yang biasa didapat di taklim Darul Musthofa. Habib Abdullah bin Muhammad Syahab kemudian berpesan:

”Bilang kepada kakak kamu. tak usah ke Hadramaut lagi. Cukup taklim di Indonesia dan mulailah berdakwah’.”

Setelah mendapat pesan dari sang adik, Sayid Muhammad Syahab kemudian pada tahun 2002 itu juga ke Jakarta dan bertemu dengan salah seorang gurunya di Palembang sekaligursmursyid dan murobby beliau yakni Habib Muhammad Rafiq bin Luqman Al-Kaff Gathmyr.

SHOHIBUL FADHILAH AS-SAYYID AL-HABIB AHMAD KAZIM BIN LUQMAN AL-KAFF GATHMYR




Ibarat Bengkel, Banyak Memperbaiki Moral
Dai yang satu ini banyak berdakwah memperbaiki moral umat di lapisan bawah. Kebanyakan muridnya berasal dari kalangan marginal dan terpinggirkan di daerah Jakarta Pusat dan sekitarnya.
Tugas seorang pendakwah menurutnya bukan sekedar duduk di masjid dan majlis, sehingga banyak orang yang datang. "Kita lah yang mencari, memperbaiki seseorang dari tabiat yang jelek menjadi lebih baik."
Berpijak dari filosofi itulah, ia kemudian banyak terjun di tengah masyarakat, masuk ke gang-gang tikus, kepada orang jalanan dan mendekati orang-orang yang belum tersentuh oleh dakwah. Memang ia banyak memilih segment dakwah orang-orang jalanan, mulai dari profesi tukang copet, pencuri, pengamen dan orang-orang pinggiran lainnya yang jarang diperhatikan oleh kalangan dai.
"Kita ini ibarat bengkel, memperbaiki sesuatu yang rusak menjadi lebih baik. Kalau orang sudah baik, buat apa didakwahi, justru orang-orang yang rusak itulah yang perlu bimbingan dan tuntunan," kata Habib Ahmad Kazim, pemimpin Majlis Taklim Al-Yusrain, Jakarta Pusat ini kepada alKisah.
Pendidikan dai kelahiran Palembang, 5 Mei 1997 ini memang terbilang unik, sejak muda ia sudah senang mengembara. Setelah menamatkan pendidikan dasar di Palembang pada tahun 1987. Demikian pun pada pendidikan menengah pertama ia tamatkan pada Madrasah Diniyah Darul Mutaqien pada tahun 1990 masih di kota kelahirannya, Palembang.
Setelah menempuh pendidikan dasar itulah, ia kemudian berkelana ke berbagai daerah seperti ke Bandung, Jakarta termasuk ke berbagai pelosok daerah di Kalimantan. Hingga sampailah ia ke Jakarta dan kemudian bertemu dengan kakak yakni Habib Rafiq bin Lukman Al-Kaff. "Saya tidak pernah belajar kitab kuning, kemudian ketemu dengan sang kakak pada kurun tahun 1996-an dan saya mengikutinya dalam berdakwah," kata Bapak satu putri ini menuturkan kisahnya.
Sejak itulah, ia mulai belajar membuka kitab dan berdakwah berkat keberkahan dari sang guru pembuka dan sekaligus pembimbingnya, yakni Habib Rafiq bin Luqman Al-Kaff. Ia dengan sang kakak banyak belajar seperti kitab Al-Anwarul Muhammadiyah (karya As-Syekh Yusuf bin Ismail An-Nabhani), Majmu Kalam Habib Ali bin Muhammad Al-Habsyi, Kitabus Syifa’, Jami’ Karamatul Auliya’, Safinatun Najah dan lain-lain.
Pada tahun 1996-an ia mendirikan sebuah majlis taklim di sekitar Cempaka Putih (Jakarta Pusat) dan akhirnya diberi nama Majlis Taklim Wat Tadzkir Al-Yusrain. Dipilih nama "Al-Yusrain", karena latar belakang ia berasal, yakni nama sebuah kampung di Palembang yang dikeramatkan oleh masyarakat setempat, karena di tempat itu ada seorang auliya’ yang bernama Habib Alwi bin Ahmad Al-Kaff Yusrain.\

Dalam menggerakan dakwah ia merasakan banyak tantangan, seperti fitnah bahkan ancaman fisik. Pernah suatu waktu, ia disiram khamr oleh seorang pemabuk di jalanan, tapi ia tetap duduk saja. "Alhamdulillah, tidak sampai terjadi yang tidak diinginkan. Tapi dia sekarang malah jadi murid saya," katanya.
Walaupun tantangannya berat dalam berdakwah, ia menghadapi semua itu dengan penuh ketabahan dan kesabaran. Menurutnya, kalau mau berdakwah harus siap lahir dan bathin. "Karena saya percaya, kalau mau berjuang di jalan Allah pasti akan dilindungi-Nya. Rasulullah SAW dalam berdakwah sampai sampai giginya patah, berdarah-darah. Masa, kita baru diancam dengan siraman khamr mundur. Saya tidak akan pernah mundur dalam berdakwah, sekalipun ancaman dan tantangan datang bertubi-tubi," tegasnya.
Keprihatinannya selama mengasuh majlis adalah, ia banyak melihat jamaah ikut ratib dan maulid, tapi jamaah kurang dalam memahami kaidah dalam beribadah secara benar. "Dalam arti ilmu syariat Islam masih banyak belum dipelajari dengan benar, seperti mengenal hukum-hukum Islam. Mulai dari mandi wajib, sampai shalat dan rukun-rukun yang lain. Bahkan, ada seorang murid yang umurnya sudah 50 tahun belum tahu caranya mandi wajib," jelasnya.


Ia dengan penuh kesabaran kemudian mengajari muridnya itu untuk caranya mandi wajib, padahal syahnya shalat itu kalau syarat dan rukun-rukunnya juga terpenuhi, termasuk mandi wajib, cara berwudhu sampai syarat dan rukun shalat yang benar. Melihat tingkat pemahaman anak muridnya yang rata-rata masih minim itulah ia kemudian lebih banyak memberikan pendidikan dasar-dasar ibadah kepada jamaah.
Untuk masalah dakwah juga, ia sangat prihatin dengan banyak jamaah yang cinta kepada Rasulullah SAW tapi hanya cinta di mulut saja, tidak mengikutinya secara sungguh-sungguh. "Cinta kepada Rasulullah, tapi mereka tidak mengenal Rasulullah SAW. Mereka pengin dekat Rasulullah SAW, tapi mereka tidak tahu cara untuk mendekati Rasululah SAW seperti apa. Padahal, hanya dengan cara mengikuti jalan yang dibawa Rasulullah SAW, agama Islam ini bisa dipahami dengan baik dan benar," katanya.

(dinukil dari wawancara majalah alkisah)

Jumat, 28 Mei 2010

DIBAWAH PANJI RASUL ALLAH

(pusi karya: Sayyidiy Al-Habib Muhammad Rafiq bin Luqman al-Kaff Gathmyr)

Dari Bawah Arasy sampai ke mega-mega,

hanya ada nama keagungan kekasihku "Rasul Allah"

Di bawah awan biru dan lautan

hanya ada nama keagungan kekasihku "Rasul Allah"

Dari Barat sampai ke Timur

hanya ada nama keagungan kekasihku "Rasul Allah"

Di setiap sayap para Malaikat langit bumi dan disetiap galaksi semesta

hanya ada nama keagungan kekasihku "Rasul Allah"

Disetiap tetesan darahku hanya ada panggilan "Ya Rasul Allah"

Disetiap tarikan napasku hanya ada panggilan "Ya Rasul Allah"

Di setiap duduk dan berdiriku hanya ada panggilan "Ya Rasul Allah"

Di setiap urusanku telah jelas tujuanku:"Rasul Allah"

Di setiap tangisan sedihku telah jelas karena apa: "Rasul Allah"

Disetiap cacian yang kuterima telah jelas karena apa:

"KARENA AKU CINTA RASUL ALLAH"

Disetiap kemelaratanku telah jelas karena apa:

"KARENA AKU CINTA RASUL ALLAH"

Disetiap ujian fitnah dan cobaan hidupku karena apa?

"UNTUK MEMBUKTIKAN CINTAKU KEPADA RASUL ALLAH"

Kugadaikan Dunia karena apa?

"UNTUK MEMBUKTIKAN CINTAKU KEPADA RASUL ALLAH"

Ketika cintaku telah kubayar dengan segenap jiwa harta dan ragaku,serta segala yang hamba punya

dan naiklah harga cintaku menjadi tak terhingga, kecillah harga Dunia didepanku

Penduduk langit mengarak diriku,

Dunia sujud dan menghinakan dirinya dibawah telapak kakiku

Seluruh kehormatan dan kemuliaan telah dikalungkan Tuhan-Ku

MAKA APAPUN YANG KUMINTA DIBAYAR ALLAH DENGAN HANYA DENGAN SATU KATA :

"KUN"

MAKA AKUPUN MENJADI RAJA

.

Pusi ini digubah beliau ketika beliau sedang menghadapi tekanan dari orang-orang yang tidak menyukai dakwah beliau,maklumlah ketika beliau berdakwah pada masa itu belum banyak dai yang muncul apa lagi habaib muda yang mengajar dan berpakaian lengkap dengan jubah dan imamah (sekitar thn 1997-2000an) padahal beliau sudah mendapatkan ijazah dari guru beliau; shohibul Fadhilah Sayyidiy al-Habib Umar bin ahmad Shahab ketika beliau mengkhatamkan kitab ihya ulumuddin dan selesai khalwat yang pertama dan beliau juga sudah mendapatkan ijazah libas dari al-habib Salim As-Syatiri dan menghadiahkan beliau Thaylasan,beliau juga mendapatkan ijazah dari Al-Habib Abdullah Shahab Tarim
Beliau sudah pernah di cemooh dikatakan sebagai orang gila,sesat dan sebagainya.Dengan semangat beliau yang tidak padam beliau menuliskan puisi ini sebagai kenangan disaat-saat itu




Selasa, 25 Mei 2010

BUKU KE II : MANAGIB SAYYIDINA AL-IMAM AS-SYEIKH ABDURRAHMAN AS-SEGAFF R.A


Managib
SAYYIDINA AL-IMAM
AL-QUTB AL-GHAUTS AS-SYĔKH

“ABDURRAHMAN AS-SEGAFF R.A”

Disusun oleh;As-Sayyid Muhammad Rafiq Bin Luqman Al-Kaff gathmyr

هومن أكبر الاكابر المشائخ العارفين
وصدور الأجلاءالمقدمين وخلاصة الأصفياء المحبوبين
صاحب الأحوال الفائقة والمقامات الرائقة والكرامات الخارقة والأنفاس الصادقةوالهمم العالية والبركات التامية والفتح العلي والكشف الجلى والمحاسن الجميلة والمواهب الجليلة والقدم الراسخ في التمكين المحمود والباع الطويل النافذ فى الوجود واليد البيضاء فى السيف إلى اعلى معارج الوصل والمشرب الأهنى من كؤس مدام الوصل مطلعالشموس الأقمار ومنبعا لعيون الأسرار وسارت بذكرفضائله الركبان فى الأفاق وانعقد على إجلاله الإجماع والإتفاق عمرالله القلوب والوجود ببركاته واتاحت ركائب االطالبين لنيل هباته وسلبت قلوب العارفين ببديع صفاته فهو قطب الوجود حقاومرشد اهل الطريقين إلى الحق صدقا فطيب نشره فى الوجود فائح وغير ذلك مما يقصر عنه مدح كل مادح


I. TEMPAT DAN TANGGAL LAHIR SAYYIDINA
AS-SYĔKH ABDURRAHMAN AS-SEGAFF RA.
Beliau masyhur dengan sebutan As-Segaff. Beliau merupakan salah satu pemuka sadah Ba`alawi Qutb Al-Aulia yang lahir pada tahun 739 H di Tarim, Hadhramaut.

II. GURU-GURU SAYYIDINA
AS-SYĔKH ABDURRAHMAN AS-SEGAFF RA.
As-Syĕkh Abdurrahman As-Segaff banyak mempelajari kitab Syari’ah dan hakekat, sehingga diriwayatkan bahwa beliau telah menguasai sekaligus hafal di luar kepala, lebih kurang 50 jilid buku dalam ilmu Syariah, itu pun belum termasuk tasawuf, tauhid dan prinsip ilmu yang lain.
As-Syĕkh Abdurrahman As-Segaff Ra selama masa belajarnya telah dibina oleh tokoh-tokoh terkemuka di zamannya, beberapa di antara guru-guru beliau adalah :
1. Al-‘Alim Al-Allamah Muhammad bin Alwi bin Ahmad bin Sayyidina Al-Faqih Al-Muqaddam Ra.
Melalui guru beliau ini, As-Syĕkh Abdurrahman As-Segaff mempelajari kitab karya Al-Imamain Al-Azimain Bil Maqomil ‘Ali Muhammad Al-Ghazali dan Imam Mazhab Bil It-Tifaq As-Syĕkh Abu Ishak, serta kitab Al-Wajiz dan Al-Muhazib serta kitab karya Al-Imam As-Syayrodzy.
2. As-Syĕkh Ali bin Salim.
3. As-Syĕkh Al-Arib Al-Mualim Ahmad bin Muhammad Al-Khatib. Semasa kecil beliau mempelajari dan menghafal Al-Qur`an Al-Karim kepada guru beliau ini.
4. Al-Imam Ali bin Sa`id Basulaib.
5. Al-Imam Abu Bakar bin Isa Bayazid, yang tinggal di Wadi Amad.
6. As-Syĕkh Al-Imam Umar bin Sa`id Bajabir.
7. Al-Arif Billah Ta`ala Mazahim bin Ahmad Bajabir Shohib Barum.
8. Al-Imam Al-Wali Abdullah bin Thohir Ad-Du`ani.
9. Al-Imam Al-Faqih Muhammad bin Sa`ad Basyakil Shohib Al-Fiil. Melalui guru beliau ini, As-Syĕkh Abdurrahman mempelajari kitab Al-Ihya, Ar-Risalah dan Al-Ma`arif serta Al-Awarif.
10. Al-Imam As-Syĕkh Al-Islam Muhammad bin Abu Bakar Ba Ibad.
11. As-Syĕkh Al-Qodhi Muhammad bin Sa`id Kabn.
Beliau tinggal di kota ‘Adn. Sayyidina As-Syĕkh Abdurrahman As-Segaff mendalami ilmu Nahwu dan Shorof juga ilmu bahasa yang lain seperti Mantiq dan lain-lain kepada guru beliau ini.

III. MURID-MURID SAYYIDINA
AS-SYĔKH ABDURRAHMAN AS-SEGAFF RA
Banyak di antara murid-murid beliau di kemudian hari menjadi ulama yang termasyhur, termasuk di dalamnya adalah anak-anak dan keponakan beliau serta anak dari guru beliau sendiri. Beberapa di antaranya adalah:
1. Al-Imam Al-Qutb Al-Ghauts As-Syĕkh Al-Kabir AbuBakar bin As-Syĕkh Abdurrahman As-Segaff Al-Masyhur bis “Sakran” dan saudaranya.
2. Al-Imam Al-Qutb Al-Ghauts As-Syĕkh Al-Kabir Umar bin As-Syĕkh Abdurrahman As-Segaff Al-Masyhur bil “Mahdhor”.
3. Al-Arif Billah Abu Bakar bin Alwi As-Syaibaih, dan saudaranya.
4. Al-Imam Asy-Syahir Muhammad bin Alwi.
5. Al-Arif Billah Muhammad bin Hasan Asy-Syahir Bi Jamalullail.
6. Al-Imam Al-Kabir Muhammad Shohib Aidid bin Ali.
7. Al-Arif Billah Ahmad bin Umar Shohib Al-Mushof .
8. An-Nur Al-Muta`ajjat Al-Imam Sa`ad bin Ali Madhaq.
9. As-Syĕkh Muhammad bin Abdurrahman bin As-Syĕkh Muhammad bin Abdurrahman bin Al-Imam As-Syeikh Ali bin Muhammad bin Ali bin Muhammad Shohibul Wa’al Al-Khotib Al-Anshory, dan anak beliau, penulis kitab “Al-Jauhar As-Syafaf” yaitu :
10. As-Syĕkh Abdurrahman bin Muhammad Al-Khotib.
11. As-Syĕkh Abdurrahim bin Ali Al-Khotib.
12. Syĕkh Ali bin Muhammad Al-Khotib.
13. Syĕkh Syu`aib bin Abdullah Al-Khotib.
14. As-Syĕkh Ahmad bin Abu Bakar Baharmy.
15. As-Syĕkh Abdullah bin Al-Faqih Ibrahim Baharmy.
16. As-Syĕkh Abdullah bin Ahmad Al-‘Amudi.
17. As-Syĕkh Ali bin Ahmad bin Ali bin Muslim.
18. As-Syĕkh Abdullah bin Muhammad Basyarahil Al-Mualim.
19. Al-Faqih Muhammad bin Muafi.
20. Al-Wali At-Taqy Abdullah bin Nafi Bamundzir.
21. Al-Wali Isa bin Umar bin Bahlul.
22. Al-Imam Ahmad bin Ali Al-Habbani.
23. Al-Faqih Sa`ad bin Abdullah Ba Untar.
24. As-Syĕkh Muhammad bin Sa`id Al-Maghribi.
25. As-Sholeh Muhammad bin Ahmad Al-Umari.
Selain itu masih banyak lagi murid-murid Sayyidina As-Syĕkh Abdurrahman As-Segaff Ra yang telah menjadi ulama, fuqaha dan wali terkemuka yang telah memberikan manfaat bagi umat di zamannya, mereka adalah mata air yang terbit dari sumber mata air utama yaitu Sayyidina As-Syĕkh Abdurrahman As-Segaff Ra.

IV. ANAK-ANAK SAYYIDINA
AS-SYĔKH ABDURRAHMAN AS-SEGAFF.
Beliau mempunyai delapan orang anak laki-laki dan enam orang anak perempuan, yang merupakan anak-anak yang soleh dan solehah. Setiap anak laki-laki beliau membaca tahlil sebanyak 70.000 kali dan anak perempuan beliau membaca tahlil sebanyak 35.000 kali, yang pahalanya dihadiahkan kepada Imam As-Segaff. Beliau selalu menginfaqkan harta beliau bagi anak-anaknya untuk mereka gunakan di jalan Allah SWT. Sayyidina Al-Imam As-Syĕkh Abdurrahman As-Segaff mendirikan 10 buah masjid dan anak-anak beliau mendirikan 3 masjid. Selain itu beliau juga memberikan wakaf bagi setiap masjid. Sayyidina As-Syĕkh Abdurrahman As-Segaff Ra juga mempunyai banyak kebun kurma di Tarim dan di kota Al-Masfalah dan beliau mem-bacakan surat Yasin bagi setiap pohon kurmanya.
Anak beliau yang perempuan adalah :
1. As-sayyidah Asy-Syarifah Maryam. Saudari sekandung dari As-Syĕkh Abu Bakar As-Sakran, ibu dari Abu Bakar Al-Jufri bin Muhammad bin Ali bin Muhammad bin Ahmad bin Sayyidina Al-Faqih Al-Muqaddam.
2. As-sayyidah Asy-Syarifah Fatimah. Saudari sekandung dari Syeikh, ibu dari Muhammad bin Ahmad bin Hasan Al-Wara`.
3. As-Sayyidah Asy-Syarifah Bahiyah. Saudari kandung dari Hasan bin Abdurrahman As-Segaff.
4. As-sayyidah Asy-Syarifah Asma`. Saudari kandung dari Husein bin Abdurrahman As-Segaff.
5. As-sayyidah Asy-Syarifah Aisyah. Ibu dari Abdurrahman Kheilah bin Abdullah bin Alwi Maula Ad-Dawiylayh, ibunda beliau (isteri As-Syĕkh Abdurrahman As-Segaff) berasal dari Bani Haritsah.
6. As-sayyidah Asy-Syarifah Alwiyah As-Saumul Kubro. Ibu dari Maryam binti Umar Syanah, saudara dari Abu Bakar Al-Jufri. Ibunda beliau (isteri As-Syĕkh Abdurrahman As-Segaff) berasal dari ‘Inat.
7. As-sayyidah Asy-Syarifah Alwiyah Al-Qarah As-Sughro. As-Syarifah ‘Alwiyah adalah isteri Muhammad Ar-Rakhilaih bin Umar bin Ali Ba’Umar. Ibunda beliau (isteri As-Syĕkh Abdurrahman As-Segaff) dari Ãl Hamiysi’ As-Syanhajy.
Adapun anak-anak beliau yang laki-laki adalah :
1. Ay-Syĕkh Ahmad. Wafat di Tarim tahun 829 H.
2. As-Syĕkh Muhammad. Wafat di Tarim tahun 820 H.
3. As-Syĕkh Abu Bakar As-Sakran. Wafat di Tarim tahun 821 H.
4. As-Syĕkh Umar Al-Mahdhor. Wafat di Tarim tahun 833 H.
5. As-Sayyid Ali. Wafat tahun 840 H.
Ibunda beliau adalah seorang wanita sholeh dari kabilah arab Al-Basyiban yang berasal dari Seiwun.
6. As-Sayyid Alwi. Wafat di Tarim pada tahun 826 H.
7. As-Sayyid Abdullah. Wafat di Tarim tahun 857 H.
8. As-Syĕkh Syeikh. Wafat di Tarim tahun 837 H.
Ibunda mereka (Alwi, Abdullah dan Syeikh) ini bernama Fatimah Aisyah bin Yahya Qatiyn.
9. As-Sayyid Aqil. Wafat di Tarim tahun 871 H.
10. As-Sayyid Ja`far. Wafat tahun 829 H.
11. As-Sayyid Ad-Dza iq Hasan. Wafat tahun 830 H.
Ibunda mereka bernama Maryam binti Salim Al-Hudailiyah. Berasal dari daerah Asy-Syanahizah.
12. As-Sayyid Ibrahim. Wafat di Tarim tahun 875 H.
Ibunda beliau bernama Uwaisyah binti Ali Balhaj.
13. As-Sayyid Husein. Wafat di Tarim tahun 892 H.
Ibunda beliau bernama Asma` Fulana binti Ba Ubayd

V. KEAGUNGAN DAN KEMULIAAN SAYYIDINA
AS-SYĔKH ABDURRAHMAN AS-SEGAFF RA.

Maqam beliau
Sayyidina As-Syĕkh Abdurrahman As-Segaff Ra adalah seorang wali yang bermaqam Qutb Al-Ghauts, satu derajat kewalian tertinggi. Beberapa riwayat yang berkaitan dengan masalah maqam ini akan kami kemukakan sebagian.
As-Syĕkh Al-Jalil Al-‘Arif Muhammad bin Hasan Al-Mu’allim Ra berkata :
“Telah datang kepadaku suatu sosok ghaib yang berkata, ’As-Syĕkh Abdurrahman adalah seorang Wali Qutb’.
Aku pun lalu berta’awwuz karena aku khawatir hal ini berasal dari syaithan, kemudian aku terdiam sesaat, setelah itu ia mendatangi diriku lagi dan berkata seperti tadi, lalu aku membaca ta’awwuz lagi, dan pada waktu ketiga kalinya ia mendatangi diriku kembali, ia berkata; ”Apakah engkau tidak mau membenarkan perkataanku bahwa As-Syĕkh Abdurrahman adalah seorang Qutb?”
Riwayat yang lain berasal dari anak beliau sendiri yaitu; As-Syĕkh Al-Wali Badruddin Hasan bin As-Syĕkh Abdurrahman R.Anhuma, beliau berkata :
“Sekali waktu aku duduk berdua bersama ayahku di Masjid beliau pada tahun 814 H, beliau berbicara panjang lebar kepadaku dan di tengah perbincangannya, ayahandaku berkata kepadaku beliau telah memakai Qamiys Qutb selama dua puluh dua tahun dan selama itu beliau tidak pernah makan kecuali minum air dingin.”

















Masjid As-Syĕkh Abdurrahman As-Segaff Ra
Yang didirikan oleh beliau pada th 768 H.
Banyak diambil dari kesaksian para Wali bahwa Sayyidina Al-Imam As-Syĕkh Abdurrahman As-Segaff telah mencapai martabat Quthbiyyah. Dan telah menjadi ijma` sari seluruh wali, bahwasanya seluruh wali di masa itu berada di bawah panji beliau tanpa terkecuali.
Salah seorang saudara Sayyidina As-Syĕkh Abdurrahman As-Segaff Ra bercerita :
“Sungguh telah terjadi perselisihan antara diriku dan saudaraku, Abdurrahman As-Segaff. Sebenarnya perselisihan ini awalnya bermula hanya pada masalah harga dagangan kurma, hingga kemudian menimbulkan pemikiran pada diriku mengapa saudaraku itu bisa lebih tinggi derajatnya dari pada diriku? Aku berpuasa seperti dia berpuasa. Sholatnya pun sama dengan sholatku dan ayahanda kami juga satu. Selain itu tamuku juga lebih banyak dari tamunya. Akhirnya pada satu malam aku bermimpi, aku melihat suatu sosok yang bercahaya dan berkata kepadaku: “Apakah engkau berpikir derajatmu sama dengan saudaramu Abdurrahman?” aku pun menjawab, “Benar” kemudian cahaya tersebut berkata kepadaku, “Jalanlah bersamaku.”
‘Maka ia membawaku kepada saudaraku Abdurrahman. Dalam mimpiku itu aku mendapati seluruh tubuhnya diselimuti oleh cahaya, dan di setiap sendi tubuhnya tertulis dengan cahaya, surah Al-Ikhlas dan kalimat tauhid: Laa Ilaaha Illallah Muhammadar Rasulullah. Kemudian sosok bercahaya tersebut berkata kepadaku, “Jika engkau telah mencapai derajat seperti ini maka bolehlah engkau mengatakan dirimu lebih ataupun sama dengan saudaramu Abdurrahman.” Maka semenjak itu aku pun memandang saudaraku Abdurrahman lebih tinggi derajatnya daripada diriku.’”
Para Wali Al-‘Arifin dan para ulama Al-Muhaqiqin menjuluki beliau dengan As-Segaff. Untuk menutupi keagungan hal beliau atas ahli zaman di kala itu sebagai kata isyarat yang makna seutuhnya hanya dimengerti oleh kaum Khawas dikarenakan beliau sendiri sangatlah membenci kemasyhuran. Dengan segala kemuliaan yang telah Allah berikan kepada beliau, telah membuat dirinya tersohor kesegala penjuru negeri. As-Segaff yang dalam arti lughoh adalah bermakna “di atas” adalah mengandung pengertian kedudukan beliau adalah “di atas” seluruh para wali pada zaman itu secara keseluruhan tanpa terkecuali. Hal ini menyatakan bahwa maqom beliau adalah Qutb Al-Ghauts. Dan lazimnya setiap wali yang bermaqom seperti itu dalam perumpamaannya adalah bagaikan atap rumah yang menaungi para penghuni rumah, dalam hal ini rumah yang dimaksud adalah “wilayah” dan konteks yang dimaksud adalah apa yang disebut oleh kaum Sufi dengan “Tashrif Dairatul wilayah.” Atau semacam kedudukan rantai komando tapi dalam dunia kewalian. Pernah diriwayatkan oleh beberapa murid dari Al-Imam As-Segaff, sekali waktu para Wali di suatu daerah menyerahkan “tashrif wilayah” mereka kepada beliau, dengan membaiat beliau sebagai pemimpin mereka, kejadian ini mengisyaratkan bahwa para wali tadi menyerahkan kepemimpinan kewalian mereka kepada Al-Imam As-Segaff, dalam seluruh perkara kewalian pada saat seperti ini Al-Imam As-Segaff berlaku sebagai Ghust Al-Wali bagi mereka, kedudukan tinggi yang tidak bisa dianggap main-main, mengingat “Ghaust” lazimnya berlaku bagi kaum Awam, bisa dibayangkan bagaimana Ghaust bagi para Wali?.
Muhammad bin Hasan bin Abu Bakar berkata, “Ketika aku sedang tidur, aku mendengar suara dalam mimpiku yang berkata,
اَلْجَوَاهِر مُحَمَّد بْن عَلِى وَوَلَدِهِ عَلْوِى وَوَلَدِهِ عَلِى وَوَلَدِهِ
مُحَمَّد فَقُلْتُ :وَعَبْدُ الرَّحْمَن اَلسَّقَافْ؟ فَقَالَ:جَوْهَرَةُ الْجَوَاهِرْ
Permata-permata adalah Sayyidina Al-Faqih Al-Muqaddam Muhammad bin Ali dan anak beliau Sayyidina Alwi Al-Ghuyur dan anak beliau Ali dan anak beliau Muhammad bin Ali Maula Ad-Dawiylaih. Kemudian aku bertanya, ‘Lalu bagaimana dengan Abdurrahman As-Segaff’ dan suara itu menjawab, ‘Ia adalah permata dari segala permata.’”

Majlis beliau
Sayyidina Al-Imam As-Syĕkh Abdurrahman As-Segaff mempunyai majlis yang masyhur dan selalu dihadiri para Wali dan para Rijal Al-Ghaib dari segala penjuru dunia.
Ada satu riwayat yang bercerita bahwa beliau sekali waktu pernah didatangi seorang lelaki asing di tengah Majlis beliau yang tiba-tiba berkata kepada beliau :
لمِاَتَتَكَلَّمُ عَلَى النَّاس ؟
“Kenapa engkau membuka rahasia hakekat kepada khalayak ramai?”

kemudian dijawab oleh beliau,
اَنْعِى إِلَيْكَ قُلُوْبًا طَالَ مَاهَطَلَتْ
سَحَائِبَ الْوَحْيُ فِيْهَا أَبْحُرِ الْحِكَم
Lalu bertanya murid beliau yang bernama Al-Imam Al-Wali Abu Bakar bin Alwi As-Syaibah, ”Bagaimanakah ciri laki-laki tersebut?”. Al-Imam As-Segaff lalu memberikan ciri laki-laki yang berbicara kepada beliau itu yang kemudian dijawab kembali oleh Al-Imam Abu Bakar Asy-Syaibah, “Hazihi shifatul ghozali yujizuka bitakallamu `alan naas.” (Ini adalah Al-Imam Al-Ghozali dan banyak yang telah menyaksikan bahwa yang belajar pada beliau adalah para ahli al-kasyaf yaitu para Wali Allah dan Arrijalul Ghoib.)
Al-Arif Billah Muhammad bin Ali Azzubaidi meriwayatkan: “Aku telah menyaksikan sendiri bahwa As-Syĕkh Abdul Qodir Al-Jaelani telah membaca Al-Miatain di hadapan Sayyidina As-Syĕkh Abdurrahman As-Segaff. Dan aku telah menyaksikan sendiri Al-Imam Al-Ghozali membaca kitabnya yang terkenal yaitu kitab Al-Ihya di depan Sayyidina Al-Imam As-Syĕkh Abdurrahman As-Segaff.”

Al-Imam As-Syĕkh Abdurrahman As-Segaff, pada awalnya kurang menyukai majlis Sima`. Kemudian karena selalu menghadiri majlis Sima` maka akhirnya beliau mencintai majlis tersebut.
Sayyidina As-Syĕkh Abdurrahman As-Segaff Ra, bila tengah mendapatkan waridat, maka akan terlihatlah hāl beliau yang luar biasa di tengah khalayak ramai, sehingga terlihatlah dengan jelas kemuliaan beliau di sisi Allah SWT, terkadang para hadirin yang kala itu mendengarkan perkataan beliau pun, juga akan mendapatkan haibah yang agung karena mendengarkan perkataan beliau.
Sekali waktu, tatkala seorang saudara beliau yang bernama As-Syĕkh Ali meninggal dunia, Sayyidina Al-Imam As-Syĕkh Abdurrahman As-Segaff merasakan kesedihan yang mendalam hingga beliau meninggalkan majlis sima` ini sampai beberapa waktu. Kemudian ketika beliau kembali mengadakan majlis sima`, beliau berkata mengenai hal itu, “Kami menginginkan meninggalkan hal tersebut, tetapi sima` tidak meninggalkan kami.”

Hadhrah As-Segaff
Dalam setiap kesempatan di Majlis beliau, setelah sholat Isya pada setiap malam Kamis dan Senin, biasanya dibacakan beberapa Nasyid kaum sufi yang diiringi dengan beberapa alat musik seperti rebana dan seruling. Hal ini kemudian dilanjutkan oleh Sayyidina As-Syĕkh Al-Kabir Ahmad bin Husein Al-‘Aidrus dengan mengajak beberapa ahli pembaca Nasyid dari Mesir dan ‘Iraf . Dan ritual atau kebiasaan ini masih berlangsung hingga sekarang terhitung sudah berjalan selama lebih kurang 600 tahun.



Alat musik seruling peninggalan dari zaman Sayyidina Al-Imam
As-Syĕkh Abdurrahman As-Segaff Ra yang masih digunakan sampai sekarang.



Pembacaan Hadhrah di Masjid
As-Syĕkh Abdurrahman As-Segaff R.a

Perkataaan para Wali Allah mengenai beliau
As-Syaikhah Al-‘Arifah As-Sayyidah Sulthanah binti Ali Az-Zubaidy R.Anha mengisahkan :
“Bilamana As-Syĕkh Abdurrahman As-Segaff hendak datang ke tempat kami maka aku akan melihat, sesaat sebelum kedatangan beliau, tempat kami dan sekitarnya ditumbuhi oleh rumput yang menghijau seolah-olah tanaman tersebut tumbuh di tempat subur yang banyak airnya, kemudian setelah itu aku mendengar suara:
“Telah datang kepada kalian seorang sulthan
anak dari seorang sulthan.”

Tubuh dari Sayyidina Al-Imam As-Syĕkh Abdurrahman As-Segaff selalu mengeluarkan aroma yang sangat harum walau tanpa diberi wewangian, maka bilamana beliau masuk ke satu rumah, maka orang pun akan tahu bahwa rumah tersebut pernah disinggahi oleh Sayyidina Imam As-Syĕkh Abdurrahman As-Segaff karena bau wangi yang masih melekat pada rumah tersebut. Begitu juga bila beliau berjalan, maka orang-orang pun akan tahu bahwa jalan tersebut pernah dilalui oleh Sayyidina Al-Imam As-Syĕkh Abdurrahman As-Segaff, karena masih terciumnya aroma wangi dari Sayyidina Al-Imam As-Syĕkh Abdurrahman As-Segaff.
Mengisyaratkan hal ini, murid beliau yaitu As-Syĕkh Abdurrahman Al-Khotib berkata di dalam syi`irnya :
إِذَاخَلَوْابِأَرْضٍ عَـطَرُوْهَا وَفَاحَ بِـَهاالْعَنْبَـرُوَالْعَب
ِـيْرَ
وَيَشْرُقُ سَوحِهَا بِالنُّوْرِطُرًّا وَيُصْبِحُ كُلُّ مُغَبَّـرِخَضِـيْرٍ
وَيَضْحَى لِلْوَرَى قَصْدًاوَذُخْرًا وَكُلُّ مِنْ مَنَافِعِهَايَـمِيْـُر
وَيُسْتَشْفَى بِـهَامِنْ كُلِّ سُقْمٍ وَيَمْحِى عَنْهُمُ الذَّنْبِ الْخَطِيْرُ
Lidah Al-Imam As-Syĕkh Abdurrahman As-Segaff tidak pernah putus di dalam zikrullah. Begitu juga hati beliau yang selalu mengingat Allah dalam siang maupun malam. Banyak murid-murid beliau yang mendengar suara zikir yang berasal dari hati beliau, terdengar hingga keluar oleh orang banyak. Dan semua ulama dan wali besar di zaman itu telah menyaksikan dengan mata kepala mereka sendiri, bahwa dari setiap sendi-sendi tubuh Al-Imam As-Syĕkh Abdurrahman As-Segaff hingga rambut dan kulit beliau, sering kali terdengar suara dalam berzikir kepada Allah SWT.


VI. Kisah-kisah kekeramatan Sayyidina Al-Imam As-Syĕkh Abdurrahman As-Segaff Ra
Mengenai kekeramatan Al-Imam As-Syĕkh Abdurrahman As-Segaff, seorang murid beliau yang bernama As-Syĕkh Abdurrahman bin Muhammad Al-Khotib telah banyak menceritakan di dalam kitab Al-Jauhar As-Syafaf sebanyak lebih kurang 100 hikayat mengenai kekeramatan dan ahwal beliau yang sangat luar biasa. Di dalam bukunya tersebut As-Syĕkh Abdurrahman Al-Khotib berkata :
“Bilamana beliau mendoakan seorang gadis maka gadis itu pun akan menikah, dan bilamana beliau mendoakan bagi perempuan yang mandul maka perempuan yang mandul itu pasti melahirkan seorang anak. Dan bilamana Sayyidina Al-Imam As-Syĕkh Abdurrahman As-Segaff mendoakan seorang yang miskin itu dengan kekayaan, maka si miskin tersebut pasti dikayakan oleh Allah SWT, dan bilamana As-Syĕkh Abdurrahman As-Segaff berdoa untuk orang yang bermaksiat agar bertaubat, maka mereka pun akan bertaubat dan bilamana As-Syĕkh Abdurrahman As-Segaff mendoakan seorang yang bodoh agar menjadi pintar maka orang itu akan dibukakan hatinya oleh Allah SWT untuk mendapatkan ilmu pengetahuan.”
Sebagian kecil dari kisah kekeramatan Sayyidina Al-Imam As-Syĕkh Abdurrahman As-Segaff R.a adalah sebagai berikut :
1. Sayyidina As-Syĕkh Abdurrahman As-Segaff ber- Tajazzu
Al-Imam As-Syĕkh Abdurrahman As-Segaff, seringkali terlihat di banyak tempat dalam satu waktu yang bersamaan. Selain itu pernah disaksikan oleh banyak orang bahwa beliau menghilang sekejap dari baju beliau namun kemudian dalam sekejap itu pula beliau kembali lagi, sebelum baju beliau sempat jatuh ke tanah.
Sekali waktu Sayyidina Al-Imam As-Syĕkh Abdurrahman As-Segaff berniat akan melakukan ibadah haji ke Masjidil Haram dan di dalam niatnya beliau bertekad untuk tinggal di sana selama-lamanya, semata-mata hanya untuk beribadat dan bertasbih memuji Allah SWT, dan tidak akan pulang lagi ke Hadhramaut. Tetapi di tengah perjalanan menuju ke Masjidil Haram, beliau bertemu dengan Rasulullah SAW bersama para sahabat dan beberapa Wali, termasuk di dalamnya adalah ayahanda beliau yaitu Sayyidina As-Syĕkh Muhammad Maula Ad-Dawilaih. Mereka semua meminta kepada Sayyidina Al-Imam As-Syĕkh Abdurrahman As-Segaff agar mengurungkan niat beliau tersebut dan pulang ke Hadhramaut. Mereka berkata: “Sesungguhnya maqommu lebih bermanfaat di Hadhramaut.”
Maka beliau pun pulang tanpa pernah melakukan ibadah haji. Tetapi anehnya, banyak orang yang melihat beliau berada di Mekkah setiap tahunnya menunaikan ibadah haji. Sehingga banyak orang yang merasa bingung dan bertanya kepada beliau, “Apakah anda telah melakukan haji?”, dan beliau menjawab, “Kalau dalam keadaan zhohir tidak pernah.”
2. Makanan yang tidak diketahui asalnya
Berkata murid beliau Sayyidina Al-Wali Muhammad bin Hasan Jamalullail: “Suatu ketika aku sedang berada di masjid Jami’ As-Syĕkh Abdurrahman As-Segaff, dan pada waktu itu aku dalam keadaan lapar. Beliau sendiri terlihat sedang duduk di tengah-tengah masjid, kemudian beliau memanggilku dan tiba-tiba di samping beliau terdapat makanan yang lezat yang membuatku terheran-heran, lalu aku bertanya kepada beliau, ‘Siapakah yang mengantarkan makanan ini?’ dan beliau menjawab, ‘Pelayan perempuan.’ Padahal tidak ada satu orang pun yang kulihat memasuki masjid, hingga aku memperhatikan sekeliling masjid sekali lagi, tapi memang tidak ada satu orang pun yang kulihat.”
Kejadian ini mengingatkan kita seperti kejadian Siti Maryam ketika mendapatkan buah-buahan di Mihrabnya dan membingungkan Nabi Zakaria AS yang melihatnya. Kejadian ini adalah pembuktian benarnya sabda Baginda Rasul Allah SAW yang menjelaskan kemuliaan umatnya; bahwa Ulama umat Nabi Muhammad SAW menyamai derajat para Nabi Bani Israil .









Senin, 24 Mei 2010

BUKU I : MANAGIB SAYYIDINA AL-FAQIH AL-MUQADDAM "MUHAMMAD BIN ALI"R.A










Managib

Sayyidina Al-Ustadz Al-A’zham
Al-Faqih Al-Muqaddam
“Muhammad bin Ali RA”.

Disusun oleh As-Sayyid Muhammad Rafiq bin Luqman Al-Kaff Gathmyr


Managib ini adalah riwayat hidup“Sayyidina Syech As-Syuyukh Min Ahli As-Syari’ah Wat Thariqah Wa Imam Ahli Al-Haqiqah, Wa Farid Dahrihi Wa Ghazali Ashrihi Sayyid Al-Fariqain, Sayyid Thaiqah As-Shufiyah Wa Markaz Dairah Al-Wilayah Ar-Rabbaniyah Qudwah Al-Ulama Al-Muhaqqiqin, Taj Al-Aimmah Al-Arifin”
Guru dari segala guru Ahli Syari’ah dan Thariqah
Imam bagi para Ahli Hakekat
Ulama yang tiada bandingan bagai Imam Al-Ghazali dizamannya
Pemimpin dua golongan; Figh dan Tasawuf
Pemimpin para kaum Shufi,
Sumber ke-Walian yang berasal dari Tuhan
Panutan bagi seluruh Ulama’ Ahli Al-Haqeqat, Mahkota kepemimpinan kaum Al-‘Arifin,

beliau adalah:
Sayyidina Al-Ustadz Al-A’zham Al-Qutb Al-Ghauts Al-Karam Al-Faqih Al-Muqaddam “Abu Alwi”:
“Muhammad bin Ali Ba’alawi Ra.”
Wanafa’ana bibarkatihi fi Dunyawiyyat Wal Ukhrawiyyat Amin.

I. TEMPAT LAHIR DAN WAFATNYA SAYYIDINA AL-FAQIH AL-MUQADDAM RA
Sayyidina Al-Faqih Al-Muqaddam Ra, dilahirkan pada tahun 574 H/1176 M di Tarim, Hadhramaut Yaman Selatan, Beliau wafat pada tahun 653 H pada usia 79 tahun, pada malam Jum’at Zulhijjah 653 H, atau malam minggu di akhir bulan Zulhijjah tahun 653 H /1255M, dan dikebumikan di “Zanbal”, penanggalan wafat beliau diikhtisarkan dengan hitungan abjad Hijaiyah pada kalimat “Abu Tarim”.
Kota kelahiran beliau; Tarim yaitu satu kota kecil di Yaman Selatan, adalah kota yang dipenuhi keberkahan dari Allah SWT, makmur dengan orang-orang sholeh, ulama dan para wali Allah. (baca: Hadhramaut dan Tarim)

II. NASAB SAYYIDINA AL-FAQIH AL-MUQADDAM R.A

Sayyidina Al-Faqih Al-Muqaddam Ra, dibesarkan dalam lingkungan kaum Sholihin, beliau adalah keturunan Rasul Allah SAW, dari Sayyidina Al-Husain Ra (Al-Husainy) mengenai keabsahan nasab beliau ini telah dibenarkan oleh banyak para Ahli Nasab, nasab beliau ini bukan hanya sekedar tali keturunan belaka, tapi sekaligus juga sebagai mata rantai dari Thariqah Bani Alawi, yakni nara sumber yang diterima anak dari ayah dan terus ke kakek sampai seterusnya.
Nasab Sayyidina Al-Faqih Ra adalah sebagai berikut; 1.Sayyidina Al-Faqih Al-Muqaddam Muhammad bin 2.Ali bin 3.Muhammad Shohib Marbath bin 4.Ali Khali’ Qasam bin 5.Alwi bin 6.Muhammad bin 7.Alwi bin 8.Ubaidillah bin 9.Al-Imam Al-Muhajir Ahmad bin 10.Isa bin 11.Muhammad bin 12.Ali Al-Uraidhi bin 13.Al-Imam Ja’far As-Shodiq bin 14.Al-Imam Muhammad Al-Baqir bin 15.Al-Imam Ali Zaenal Abidin bin 16.Al-Imam Al-Husain As-Sibti bin 17.Al-Imam Ali Karromallahu wajhah.

Tokoh-tokoh yang ada dalam rantai nasab Sayyidina Al-Faqih Al-Muqaddam Ra, dari ayahanda dan kakek beliau dan terus sampai ke Sayyidina Al-Husain Ra, semuanya adalah para Wali Allah dan Ulama’ terbesar dizamannya dan mereka semua adalah Zurriyah Baginda Rasul Allah SAW.

III. ISTERI DAN ANAK-ANAK SAYYIDINA AL-FAQIH RA
Isteri Sayyidina Al-Faqih Al-Muqaddam Ra adalah seorang Syarifah yang mulia dan Sholehah sepupu beliau dari sebelah ayah yaitu; Ummul Fuqara’ Al-Hababah Zainab binti Ahmad bin Muhammad Sohib Marbath R.anha, yang juga merupakan Khalifah beliau, Al-Hababah Zainab adalah seorang “Waliyah” yang mempunyai kekeramatan yang banyak, diriwayatkan bahwa satu malam turun hujan yang sangat lebat di “Dammun”, hampir-hampir membuat banjir, para penduduk didaerah itu merasa sangat cemas karena hujan yang sedemikian derasnya bisa membuat rumah-rumah mereka menjadi roboh, (lazimnya rumah didaerah tersebut dan Jazirah Arab pada umumnya dibuat dari tanah liat dikarenakan musim hujan jarang hal ini menjadikan rumah mereka sangatlah rentan terhadap air) ,pada saat itu Al-Hababah Zainab meminta kepada para penduduk untuk tidak meninggalkan rumah mereka beliau berkata;
“Pulanglah kalian kerumah masing-masing karena aku telah mendengar suara Malaikat diawan berkata:”Qaydhun….Qaydhun”
.
Lalu para pendudukpun pulang kerumah masing-masing, taklama berselang ternyata yang tertimpa banjir adalah Wadi Qaydhun , persis seperti yang dikatakan Al-Hababah Zainab, padahal jarak Qaydhun dari Dammun ditempuh dalam tiga hari perjalanan, Al-Hababah Zainab berpulang ke Rahmat Allah hari Sabtu 12 Syawal 669H
Hanya dari Al-Hababah Zainab R.anha Sayyidina Al-Faqih Al-Muqaddam Ra mendapatkan anak-anak yang ternyata seiring dengan berjalannya waktu menjadi pengayom Umat dan Ulama’ terbesar, semuanya berjumlah 5 orang dan semuanya laki-laki, yaitu:

1. As-Syech ‘Alwi Al-Ghuyur
2. As-Syech Abdullah
3. As-Syech Abdurrahman
4. As-Syech ‘Ali
5. As-Syech Ahmad
Radhiallahu Anhum Ajma’in

Mereka semuanya adalah Ulama’ dan para Wali Allah yang utama penerus dan pengganti ayahanda mereka Sayyidina Al-Faqih Ra.





IV. GURU-GURU SAYYIDINA AL-FAQIH AL-MUQADDAM R.A

Sayyidina Al-Faqih Al-Muqaddam Ra dididik oleh para Ulama’ yang terkemuka dari berbagai prinsip Ilmu pengetahuan, seperti Figh, Lughah, Tasawuf, dan berbagai ilmu-ilmu lainnya yang beliau pelajari langsung dari para ahlinya masing-masing.
Sayyidina Al-Faqih Al-Muqaddam Ra memperdalami ilmu Fiqh kepada:

1.As-Syech Abdullah bin Abdurrahman Ba’ubayd
As-Syech Abdullah bin Abdurrahman Ba’ubayd menghormati dan memuliakan Sayyidina Al-Faqih sekalipun beliau adalah muridnya. As-Syech Abdullah Ba’ubayd tidak akan mengajar sebelum dilihat oleh beliau Sayidina Al-Faqih telah hadir ke Majlis beliau, bilamana Sayidina Al-Faqih tidak datang beliaupun tidak akan mengajar. Perilaku beliau yang tidak lazim ini banyak ditanyakan orang, beliaupun lalu menjelaskan: ”Sesungguhnya aku menunggu izin untuk mengajar dari Allah SWT”.
Jawaban beliau ini mengisyaratkan betapa mulianya derajat Sayidina Al-Faqih Al-Muqaddam Ra dalam pandangan beliau karena “Izin” dari Allah SWT seperti yang beliau maksud tak pelak lagi adalah “mesti hadirnya” murid beliau sendiri yaitu; Sayidina Al-Faqih Al-Muqaddam Ra.
Selain beliau Sayyidina Al-Faqih juga memperdalami Fiqh kepada;
2.Al-Qodhy Ahmad bin Muhammad Ba’isa
dan beliau memperdalami ilmu Ushul serta beberapa prinsip ilmu lainnya kepada:

3.Al-Imam As-SyechAli bin Ahmad bin Salim Bamarwan dan
4.Al-Imam Muhammad bin Abu Al-Hub
beliau memperdalami ilmu Tafsir dan Hadist dari:
5.Al-Imam Al-Hafidz Al-Mujtahid As-Sayyid Ali bin Ahmad Bajudaid,
dan memperdalami ilmu Tasawwuf dan Hakekat dari:
6.Al-Imam Salim bin Basri dan
7.Al-Imam Muhammad bin Ali Al-Khatib,
dan paman beliau sendiri yaitu:
8.As-Syech Al-Habib Alwi bin Muhammad Shohib Mirbath,dan
9.As-Syech Sufyan Al-Yamani, dan masih banyak lagi Para Ulama’ dan Awliya’ yang telah membimbing beliau.
10.As-Syech Sa’id bin Isa Al-‘Amudy, menurut riwayat didepan beliaulah Sayyidina Al-Faqih Ra meletakkan pedang.

Semua guru beliau telah sama mengisyaratkan bahwa Al-Imam Al-Faqih Al-Muqaddam Ra telah mencapai satu maqam yang sangat luar biasa, sehingga membuat kecil maqam-maqam lainnya bila dibandingkan dengan “Maqam” yang telah Allah SWT berikan kepada beliau.
Pada masa Sayyidina Al-Faqih Ra, ilmu yang sedang berkembang pesat di Tarim Hadhramaut adalah ilmu Fiqh, jadi kebanyakan para Ulama’ disana adalah para Faqih , sedangkan ilmu Tasawwuf di Tarim dikala itu, belum berkembang pesat, kelak pada akhirnya nanti Sayyidina Al-Faqih lah sendiri yang mempelopori dan menghidupkan dan sekaligus menjadi Imam untuk pertama kalinya, bagi kaum “Mutasawwifin” di Tarim Hadhramaut, hal ini ditegaskan lagi oleh Al-Imam Al-Habib Abdullah bin Alwi bin Hasan Al-Attas;
”Beliaulah orang pertama yang menyandang gelar “Syech bagi kaum Sufi” di Hadhramaut”

V. RIWAYAT KHIRQAH SAYYIDINA AL-FAQIH RA.

Definisi Al-Khirqah menurut As-Syech Muhyiddin Ibn Al-‘Araby Ra didalam Kitabnya “Al-Futuhat”adalah:
“Perlambang dari persahabatan, Ta‘addub dan Takhalluq”
Selanjutnya Qaul Ibn Al-‘Araby ini dikomentari oleh Al-Imam Al-Habib Abdullah bin Alwi bin Hasan Al-Athas Ra:
“Sedangkan (kain) Khirqahnya sendiri (secara Majazi) terkadang memang tidak mesti dari Rasul Allah SAW secara langsung, Al-Libas itu sendiri sebenarnya adalah simbol dari Al-Libas yang Haqiqi yaitu Al-Libas At-Taqwa, telah menjadi kebiasaan dari para Wali Ash-Hab Al-Ahwal ,bilamana mereka mendapati kekurangan pada diri mereka maka merekapun akan mencari seorang guru atau Syech dari Jama’ah mereka untuk menyempurnakan kekurangan-kekurangan Lahiriyah maupun Bathyniyah pada diri mereka, dan bilamana segala kekurangan tersebut telah sempurna, maka merekapun diberikan “Al-Libas” sebagai simbol untuk penyempurnaan lebih lanjut, inilah Al-Libas yang dikenal dikalangan kita sebagaimana Nash Al-Manqul dari para Ulama’-ulama’ Ahli Haqeqat”

Khirqah para Wali mempunyai nilai prestise tinggi bagi masing-masing Wali yang bersangkutan, begitu pula Al-Khirqah Sayyidina Al-Faqih Al-Muqaddam Ra mempunyai satu nilai keistimewaan yang telah melampaui dimensi pemikiran orang-orang yang dikatakan oleh kaum Sufi sebagai “Ahli Al-Khawwash”, Khirqah yang beliau terima adalah Khirqah “Imamah Qutb Al-Kubra” yang merupakan perlambang dari “pangkat kepemimpinan tertinggi bagi para Wali dimasa itu”. Khirqah ini beliau terima dari As-Syech Al-Kabir Al-Qutb Al-Syahir “Abu Madyan” Syu’aib bin Abu Al-Husain At-Tilamisany Al-Maghriby , perlu pembaca ketahui Khirqah ini diberikan kepada Sayyidina Al-Faqih Ra bukanlah dengan kebetulan dan bukan pula karena permintaan beliau, tapi Khirqah ini diberikan kepada Sayyidina Al-Faqih Al-Muqaddam Ra sesuai dengan Isyarah dari Ri’ayah Ilahiyah.
Mengenai kebesaran serta keutamaan As-Syech Abu Madyan, bisa kita bayangkan sekilas, berdasarkan perkataan As-Syech Ali As-Sakran, kata beliau:
“As-Syech Abu Madyan adalah seorang “Pemimpin” para wali pada zamannya yang telah dizhohirkan oleh Allah SWT pada dirinya keajaiban-keajaiban sebagai tanda kebesaran-Nya, dan telah tersibak baginya rahasia-rahasia keghaiban dan namanya telah termasyhur di seluruh penjuru Negeri”.
Dari Tarbiyah beliau, telah banyak lahir ulama-ulama besar, nama beliau sangat termasyhur dengan ketinggian Ilmunya sehingga banyak tokoh-tokoh Tasawwuf terkemuka yang meminta pengajaran dan fatwa-fatwa beliau; beliau sangat disegani dikalangan para Ulama’ dan Masyaikh-Masyaikh dari seluruh Mazhab Thariqah.

Berkaitan mengenai Riwayat Khirqah Sayyidina Al-Faqih, diceritakan bahwa telah datang seorang Darwiys dari Syam (Syria) yang bernama Fadl menemui beliau (Sayyidina Al-Faqih Ra), Darwisy tersebut berkata kepada Sayyidina Al-Faqih:
“Tidaklah aku datang (ke Tarim) kecuali semata-mata untuk menemuimu, tetapi aku mendapati As-Syech Abdurrahman Al-Maq’ad sedang bermukim di dalam hatimu. Jika berkumpul seluruh orang dari barat dan Timur untuk mengeluarkan dia dari hatimu maka tidak akan ada yang sanggup, bilamana ia telah datang kepadamu, perhatikanlah urusannya ia hanyalah seorang Muhtasab sedangkan engkau adalah seorang wali yang telah mempunyai nisbah”.
Sayyidina Al-Faqih Al-Muqaddam bertanya:
“Apakah yang engkau maksud dengan nisbah?”
Darwisy tersebut menjawab: “Sidrah Al-Muntaha”.
Tak lama berselang setelah peristiwa datangnya Darwisy tersebut, dengan Qudrah dan Iradah Allah SWT, As-Syech Al-Kabir Al-Qutb Abu Madyan Syu’aib bin Abu Hasan At-Tilmisaniy Al-Maghriby yang pada saat itu sedang berada di Tilmisan Al-Jazair mengutus muridnya yang bernama As-Syech Abdurrahman bin Muhammad Al-Maq’ad seraya bertitah:
“Sesungguhnya kami mempunyai seorang teman di Hadhramaut (Tarim), pergilah engkau menemuinya, dan pakaikanlah Al-Khirqah kepadanya, sesungguhnya aku melihatmu akan menemu ajal di tengah perjalanan, bilamana hal tersebut akan terjadi, maka titipkanlah (Al-Khirqah) ini kepada orang yang engkau percayai”, kemudian pergilah As-Syech Abdurrahman dari Tilmasan, dengan tujuan ke Hadhramaut, ketika ia sampai di kota Mekkah ia pun mendekati Sakratul maut kemudian ia menyerahkan Khirqah tadi kepada muridnya yaitu As-Syech Abdullah As-Sholeh Al-Maghriby seraya berpesan untuk menyerahkan Al-Khirqah tersebut. Dan beliau mengisyaratkan dengan ke kasyafannya;
“Pada saat engkau masuk ke kota Tarim engkau akan mendapati As-Syech As-Syarif Muhammad bin Ali yang pada saat engkau temui nanti, dikala itu sedang belajar dengan As-Syech Ali Bamarwan, setelah engkau bertemu dengan beliau, lanjutkanlah perjalananmu ke Qoydun dan temui As-Syech Sa’id bin Isa Al-‘Amudy dan berikanlah juga sebagian Khirqah ini kepadanya”.

Tak lama kemudian As-Syech Abdurrahman Al -Maq’ad wafat , lalu pergilah As-Syech Abdullah As Sholeh Al-Maghriby ke Tarim, ketika beliau sampai, ia pun langsung menemui Sayyidina Al-Faqih Muqaddam yang sedang belajar dengan As-Syech Ali Bamarwan persis seperti yang telah dikatakan oleh As-Syech Abdurrahman Al-Maq’ad, ia pun lalu duduk bersama Sayyidina Al-Faqih Al-Muqaddam, lalu Sayyidina Al-Faqih Muqaddam (yang telah mengetahui akan khabarnya As-Syech Abdurrahman Al-Maq’ad dari Darwisy yang kami ceritakan tadi), dengan kekasyafan kewalian, bertanya kepada As-Syech Abdullah As-Sholeh dengan bahasa Isyarah:
“Wahai saudara, permata apakah yang engkau bawa yang sedemikian cemerlangnya?”
As-Syech Abdullah As-Sholeh lalu bertanya (dengan maksud menguji):
“Apakah gerangan yang engkau maksud dengan cemerlang?”
Al-Faqih Al-Muqaddam menjawab;
“At-Tahkim Khirqah yang telah dititipkan kepadamu”
Lalu As-Syech Abdullah menceritakan perihal kedatangannya, dari awal sampai akhir lalu titipan “Khirqah” tersebut disambut dan diterima oleh Sayyidina Al-Faqih Al-Muqaddam, dari semenjak itu dimulailah perjalanan Suluk beliau menuju Allah SWT, sibuklah Sayyidina Al-Faqih dengan Ibadah Zhahiriyah dan Batiniyah sehingga akhirnya terzhohirlah seluruh perkara-perkara yang Khafiy, dan mulailah Hal beliau sebagaimana Ahwal-nya orang-orang Khawas Al-Khawas, sebagai seorang Sufi dan Wali yang terbesar pada zamannya, beliau mulai menyibukkan diri beliau dengan ber-Taqarrub kepada Allah SWT dalam ber-Uzlah, guna menenggelamkan diri beliau dalam lautan Ma’rifah dan Asrar-Nya yang tak bertepi, dalam Ahwal ‘Asyiq Wal Ma’syuq dengan Rabb nya.


VI. SILSILAH KHIRQAH SAYYIDINA AL-FAQIH AL-MUQADDAM RA

Silsilah Khirqah Sayyidina Al-Faqih Ra ada dua, yang pertama berasal dari nasab beliau sendiri, dimulai dari ayahanda beliau, dan yang kedua dari As-Syech Abu Madyan Syu’aib Al-Maghriby.
Silsilah yang pertama yaitu berasal dari ayahanda beliau sendiri yaitu Al-Imam Al-Habib Ali Ba’alawi silsilah tersebut adalah sebagai mana nasab Sayyidina Al-Faqih Al-Muqaddam Ra yang telah kami uraikan diatas.
Adapun Silsilah yang kedua yaitu berasal dari As-Syech Abu Madyan Syu’aib Al-Maghriby dengan “Al-Wasithah” dua Syech yaitu 1.As-Syech Abdullah “As-Sholih” bin Ali Al-Maghriby yang diutus oleh 2.As-Syech Abdur Rahman bin Muhammad Al-Maq’ad yang diutus oleh As-Syech Abu Madyan Syua’aib Al-Maghriby. Secara detail silsilah Khirqah Sayyidina Al-Faqih Ra adalah sebagai berikut secara berurutan :

1. As-Syech Abu Madyan Syu’aib bin Abu Al-Husain Al-Maghriby dari:
2. Al-Imam Abu Ya’za dari:
3. Al-Imam Nur Ad-Din Abu Al-Hasan Ali bin Hirzihim (ada yg meriwayatkan;Ibn Hirazim) dari:
4. Al-Imam Al-Hafizd Al-Faqih Al-Qadhy Abu Bakar bin Abdullah Al-Ma’afiry dari:
5. Al-Imam Al-Hujjah Al-Islam Abu Hamid Muhammad bin Muhammad Al-Ghazaly dari:
6. As-Syech Al-Islam Wal Muslimin Imam Al-Haramain Abdul Malik beliau mengambil dari ayahandanya sendiri yaitu:
7. As-Syech Muhammad bin Abdullah bin Yusuf Al-Juwainy dari:
8. As-Syech Al-Arif Billah Ta’ala Abu Thalib Al- Makky Muhammad bin Ali bin Athyyah dari:
9. Al-Imam Al-Kabir Abu Bakar Dullaf ibn Jahdar As-Syibly dari:
10. Al-Ustazd Ahli At-Thariqah Wa Imam Ahli Al-Haqiqah Abu Al-Qasim Al-Junaid bin Muhammad Al-Baghdady beliau mengambil dari “Khalnya” yaitu;
11. As-Syech As-Syahir Abu Al-Hasan As-Sirry Al-Mughallis As-Siqty (As-Saqaty) dari:
12. As-Syech Al-Arif Billah Ta’ala Abu Mahfuzd Ma’ruf bin Fairuz Al-Karakhy dari:
13. Al-Imam Abu Sulaiman Daud bin Nushair At-Tha’iy dari:
14. As-Syech Abu Muhammad Habib bin Muhammad Al-Ajamy Al-Kharasany dari:
15. Al-Imam Al-Kabir As-Syahir Abu Sa’aid Al-Hasan bin Abu Al-Hasan Al-Bashry dari:
16. Al-Imam Ahli Al-Masyariq Wal Magharib Sayyidina Ali Bin Abu Thalib Ra
Al-Imam Ali bin Abu Thalib Ra dari Sayyidina Wa Habibana Rasul Allah SAW.
Dari Al-Imam Ma’ruf Al-Karakhy ada dua arah silsilah (bercabang dua arah), yang pertama seperti diatas dan silsilah beliau yang kedua dari Ahl Al-Bayt adalah sebagai berikut:

12. As-Syech Al-Arif Billah Ta’ala Abu Mahfuzd Ma’ruf bin Fairuz Al-Karakhy
13. Al-Imam Ali Ar-Ridha Ra, dari ayahnya;
14. Al-Imam Musa Al-Kazhim Ra dari ayahnya;
15. Al-Imam Ja’far As-Shodiq Ra dari ayahnya;
16. Al-Imam Muhammad Al-Bagir Ra dari ayahnya;
17. Al-Imam Ali Zainal Abidin Ra dari ayahnya;
18. Al-Imam Al-Husain As-Sibthy Ra dari ayahnya;
19. Al-Imam Ali bin Abu Thalib Ra, selanjutnya sama seperti yang kami uraikan diatas

VII. KEUTAMAAN-KEUTAMAAN SAYYIDINA AL-FAQIH RA
Sayyidina Al-Faqih Al-Muqaddam Ra mempunyai Thakhshish Maziyyah Wal Fadhail yaitu berbagai keistimewaan-keistimewaan khusus yang diberikan Allah Jalla Wa’ala kepada beliau selaku Khawas Al-Khawas “Maqam kewilayahan” yang diberikan Allah SWT kepada beliau telah menjadi satu fenomena yang menakjubkan dalam Analisa para Wali pada zamannya. Para kaum Al-Arifin berkata:
”Sungguh telah membuat tercengang dan kagum para pemuka kaum Sufi dan para Wali pada zamannya akan Ahwal-nya As-Syech Al-Faqih, dan mereka semua tidak bisa menafsirkannya dengan penafsiran yang sempurna dikarenakan melampaui pengetahuan mereka”
Diceritakan bahwa As-Syech Al-Kabir Ibrahim bin Yahya Bafadhal didorong oleh rasa penasaran beliau, berkeinginan menemui As-Syech Abu Al-Ghayst Ibnu Jamil untuk menanyakan keadaan (hal) tiga orang yang pada saat itu mulai dikenal dikalangan masyarakat Hadhramaut, yaitu Sayyidina Al-Faqih, As-Syech Abdullah bin Ibrahim Baqusyair dan satu orang lagi yang tidak diketahui namanya, As-Syech Ibrahim sengaja pergi menemui As-Syech Abu Al-Ghayst hanya untuk menanyakan perihal tiga orang ini, ketika beliau telah sampai di Majlis As-Syech Abu Al-Ghayst, beliau duduk dibelakang, As-Syech Ibrahim menceritakan sendiri pertemuan beliau dengan As-Syech Al-Wali Ibn Al-Jamil,cerita beliau;
”Ketika aku telah sampai akupun duduk dibelakang, dan tanpa kusadari aku bergumam didalam hati;
”Sungguh tidaklah aku datang dari Hadhramaut
kesini hanyalah semata-mata untuk menanyakan perihal tiga orang ini”
maka belumlah habis aku berkata didalam hati,As-Syech Abu Al-Ghayst telah mengetahui tujuan kedatanganku,
beliau berdiri dan berkata:
”Siapakah diantara yang hadir bernama As-Syech Ibrahim?”,
lalu akupun mendatanginya
dengan ketajaman Firasah dan Kekasyafan beliau, As-Syech Abu Al-Ghayst memberitahukan apa yang ingin Syech Ibrahim Bafadhal tanyakan;
”Wahai Syech Ibrahim sesungguhnya engkau mendatangiku untuk menanyakan perihal As-Syech Muhammad bin Ali bukan?, As-Syech Abdullah Baqusyair dan lelaki yang tidak dikenal namanya?
As-Syech Ibrahim menjawab:
”Benar”
As-Syech Abu Al-Ghayst meneruskan
“Aku akan menjelaskan kepadamu perihal mereka bertiga, yang pertama (yaitu Sayyidina Al-Faqih Ra), tidaklah golongan kami (para Sufi dan Wali) dapat mencapai derajat beliau walaupun hanya setengahnya, adapun As-Syech Abdullah bin Ibrahim Baqusyair adalah seorang yang Sholeh, adapun orang yang satunya lagi adalah orang yang kupandang tidak mempunyai kelakuan yang baik”
Diriwayatkan bahwa As-Syech Alwi anak Sayyidina Al-Faqih Ra bertamu kepada As-Syech Ahmad bin Al-Ja’ad Ra, As-Syech Ahmad berkata kepada As-Syech Alwi:
”Apakah engkau “Alwi” yang sering disebut-sebut orang itu?”
jawab As-Syech Alwi:
”Benar aku adalah Alwi dan semoga aku dilindungi oleh Allah SWT dari jahatntya pengaruh omongan orang”
As-Syech Ahmad bertanya lagi kepada As-Syech Alwi:
”Bagaimana pendapatmu tentang Maqam Ayahmu Sayyidina Al-Faqih Ra?”
dijawab oleh As-Syech Alwi:
”Aku telah mengetahui keagungan Maqam ayahku tapi sulit bagiku untuk menjabarkannya”
Dalam satu kesempatan seorang Wali yang utama pada zamannya yaitu As-Syech Sufyan Al-Yamani berkunjung ke Tarim untuk berziarah kepada Nabi Allah Hud As dan kaum Sholihin yang berada disana, sekaligus untuk bertemu dengan Sayyidna Al-Faqih, lalu bertemulah beliau dengan Sayyidina Al-Faqih, Sayyidina Al-Faqih dalam kesempatan tersebut bertanya banyak kepada As-Syech Sufyan, mengenai masalah-masalah Ma’nawiyah di dalam Suluk, As-Syech Sufyan menjawab setiap pertanyaan beliau.Dalam pertemuan ini telah menghasilkan Takdib, Tahzib, dan Taqrib serta Ziyadah dan Faidah bagi beliau, kemudian setelah itu pulanglah As-Syech Sufyan ke Yaman, dan meninggalkan kesan yang mendalam kepada Sayyidina Al-Faqih Ra, dan hati beliau masih dipenuhi oleh banyaknya pertanyaan yang belum sempat beliau utarakan, dari permasalahan Tauhid dan Haqeqat, beliaupun meneruskan pertanyaan beliau melalui koresponden (surat menyurat) kepada Syech Sufyan, yang akhirnya membuat As-Syech Sufyan kewalahan dan akhirnya beliau menjawab;
”Sungguh kami tidak mengetahui jawaban dari pertanyaanmu, karena sudah melampaui kemampuan kami”, dari jawaban As-Syech Sufyan tersebut sudah jelas diketahui bahwa memang Maqam serta Ahwal-nya Sayyidina Al-Faqih Ra diakui oleh para Wali di zaman itu sudah melampaui mereka. Surat-surat Sayyidina Al-Faqih Ra masih disimpan sampai sekarang, selain surat menyurat kepada As-Syech Sufyan, Sayyidina Al-Faqih Ra juga berkirim surat kepada As-Syech Taj Al-Arifin Wama’din As-Shodiqin Sa’ad bin Ali Az-Zhofary (wafat di kota Syihr tahun 607 H). Surat Sayyidina Al-Faqih kepada As-Syech Sa’ad Az-Zhofary terdiri dari dua risalah yang terkumpul padanya rahasia ilmu-ilmu Kasyaf Ar-Robbany dan mengandung rahasia-rahasia Ma’nawy yang pelik dan tersembunyi,.Dengan beliau ini Sayyidina Al-Faqih banyak menanyakan Ahwal beliau yang sangat luar biasa, terkadang bagi As-Syech Sa’ad hal yang ditanyakan oleh Sayyidina Al-Faqih sangatlah sulit untuk di terima,walaupun keluarbiasaan (Khawariq Al-Adah) tersebut benar-benar terjadi pada diri Sayyidina Al-Faqih,dan Khawariq Al-Adah adalah sesuatu yang sudah lazim terjadi dikalangan para Wali, tetapi yang terjadi pada diri Sayyidina Al-Faqih sudah melampaui batas tertinggi Ahwalnya para Wali pada zaman itu;salah satunya yang diceritakan oleh Sayyidina Al-Faqih Ra kepada As-Syech Sa’ad bin Ali Az-Zhofary adalah bahwa beliau mi’raj kelangit ke Sidrah Al-Muntaha sebanyak tujuh kali dalam satu malam sampai dua puluh lima kali.

Karena berbagai keistimewaan beliau maka tak salah kalau para pecinta beliau menggubah sebuah syair, yang mengisyaratkan kedudukan Maqam beliau :

“Beliau adalah penghulu bagi seluruh wali sesudah beliau keutamaan beliau tidak diragukan lagi sebagai Khatam Al-Awliya”.

Yang dimaksud dengan kata-kata;“Khatam Al-Awliya’” atau penutup para wali dalam syi’ir diatas bahwa beliau Sayyidina Al-Faqih Ra merupakan pemuka para Wali-wali Allah Jalla Wa’ala sebagaimana kakek beliau Baginda Rasul Allah SAW sebagai penghulu bagi seluruh Nabi dan Rasul, hal ini di-tashihkan oleh Sayyidina Al-Imam Al-Habib Abdurrahman As-Segaff dari Qoul Sayyidina Al-Faqih:

“ Aku diantara para wali, seumpama Nabi Muhammad diantara para Nabi.”

Maqam “Qutb Al-Ghauts Al-Kubra” yang disandang Sayyidina Al-Faqih dalam dunia “Kewalian” seumpama “Kaisar” dalam imperium Romawi dan “Kisra” dalam imperium Persia .

Salah satu guru Sayyidina Al-Faqih Ra yaitu Al-Imam As-Syech Ali bin Ahmad Bamarwan berkomentar;
”Sesungguhnya engkau (Sayyidina Al-Faqih) telah mencapai satu derajat Imamah (kepemimpinan para wali) yang agung”
Dan berkata Al-Imam Al-Qutb Al-Ghauts Al-Habib Abdurrahman As-Segaff;
“Al-Imam Al-Faqih Muqaddam telah mencapai derajat Qutb selama waktu yang panjang”.
Dan telah berkomentar As-Syech Al-Arif Bahrul Ulum Wal Ma’arif Umar bin Salim bin Abu Qarah Ra.;
”Sungguh aku telah mengukur dan menimbang seluruh Maqam para Awliya’ pada zamanku kecuali Maqam Sayyidina Al-Faqih Ra. Yang tidak bisa kuukur karena Maqam beliau melampaui pengetahuanku”.

Lebih lanjut Al-Imam Al-Haddad menyiratkan Maqam Sayyidina Al-Faqih Ra dalam Syi’ir beliau;

“ Awalnya Maqam beliau (Sayyidina Al-Faqih) adalah Puncak dari seluruh Maqam yang bisa dicapai oleh para Wali pada zamannya,maka pikirkanlah bagaimanakah tingginya”

Dari As-Syech Al-Kabir Al-Arif Bahr Al-Ulum Al-Ma’arif Abi Al-‘Abbas Fadl bin Abdullah bin Abi Fadl Ra,beliau berkata;
”Banyak dari manusia mereka telah banyak mendapatkan dari Sayidina Al-Faqih Ra Keberkahan dan kebaikan yang banyak, dan yang paling banyak yang telah mendapatkan Keberkahan tersebut diantaranya adalah; As-Syaikhan Al-Kabiyraan (Dua Syech yang besar), Al-Arifan billah Ta’ala As-Syahiran, As-Syech Abdullah bin Muhammad Abu Ibad dan As-Syech Sa’Id bin Umar bin Lihaf, dua Syech ini dididik oleh Sayidina Al-Faqih Ra.

Diriwayatkan bahwa pernah disebutkan di depan Sayidina Al-Faqih Ra oleh beberapa murid beliau nama dan Kisah beberapa orang Wali besar, seperti As-Syech Agil Al-Munhiy, As-Syech Ma’ruf Al-Karakhiy, As-Syech Abdul Qadir Al-Jailany, serta As-Syech Hayah bin Qays Al-Harany, maka berkata Sayyidna Al-Faqih Ra;
”Tidak ada Seorangpun diantara mereka yang bisa menyamaiku”
Antara Sayyidina Al-Faqih Ra,As-Syech Abu Madyan Ra,dan As-Syech Abdul Qadir Al-Jailany Ra
Menurut Al-Imam Al-Habib Muhammad bin Husin Al-Habsyi dalam Kitab beliau; “Al-‘Uqud Al-Lukluiyah” beliau mengatakan:
”Sesungguhnya kepemimpinan para Wali diserahkan dari As-Syech Abdul Qadir Al-Jailaniy kepada As-Syech Abu Madyan Syu’aib Al-Maghriby yang akhirnya Diserahkan kepada Sayyidina Al-Faqih Al-MuqaddamRa”
Sebagian para pemuka Tasawwuf berpendapat bahwa As-Syech Abdul Qadir Al-Jailany adalah pemimpin para Wali Masyhur sedangkan Sulthan para Wali Mastur adalah Al-Faqih Al-Muqaddam, sedangkan perbandingan jarak derajat masyhur dan mastur tersirat dalam satu Qoul Tasawwuf.


“Sesungguhnya sudah beberapa banyak orang telah masyhur menjadi para wali hanya karena berkah dari satu wali mastur”.

Telah ditanya Al-Imam Al-Haddad Ra (ShohibAr-Ratib) oleh kalangan Ulama’ mengenai Al-Imam Al-Qutb Al-Faqih Al-Muqaddam Muhammad bin Ali dan Al-Imam Al-Qutb Ar-Rabbany As-Syech Abdul Qadir Al-Jailany yang manakah diantara mereka yang lebih utama?.Beliau berkomentar:
“Sesungguhnya mereka berdua adalah tokoh besar kaum sufi dan wali yang agung akan tetapi kami (Bani Alawi) bernisbah dan mendapatkan barokah dan Al-Madad dari penghulu kami Al-Faqih Al-Muqaddam Muhammad bin Ali lebih besar”.

Sekali waktu As-Syech Muhammad bin Abdullah bin Abu Alwi Al-Makanniy bermujadalah dengan dengan ayahnya, mengenai maqam As-Syech Abdul Qadir Al-Jailany dan maqam Sayyidina Al-Faqih Al-Muqaddam, yang manakah diantara mereka yang lebih tinggi, As-Syech Muhammad bersikukuh mengatakan bahwa maqam Sayyidina Al-Faqih lah yang lebih tinggi dari As-Syech Abdul Qadir Al-Jailany , sedangkan ayahnya mengatakan sebaliknya, akhirnya perselisihan mereka ini ditanyakan kepada Sayyidina Al-Qutb Al-Ghauts Al-Habib Abdurrahman As-Segaff, beliau berkata:
”Tidaklah kami memuliakan seorang Wali pun diatas Sayyidina Al-Faqih Ra, dan setiap maqam Wali itu berubah sesudah wafatnya kecuali maqam Sayyidina Al-Faqih Al-Muqaddam Muhammad bin Ali Ra”

As-Syech Muhyidin Ibn Al-Araby di dalam kitabnya Al-Futuhat mengatakan:
“Syech kami; Abu Madyan di Maghrib (penjuru Barat) dan As-Syech Abdul Qadir Al-Jailany di Masyriq (penjuru Timur), di dalam memberikan wejangan-wejangan bagi para murid dari kaum Thariqoh dan membimbing makhluk ke jalan Allah”.

Dari Tarbiyah As-Syech Abu Madyan sendiri telah menghasilkan para wali dalam jumlah seribu orang. Menurut As-Syech Abdullah bin As’ad Al-Yafi’iy Ra sebagian ulama’-ulama’ Tasawwuf dari Yaman Ilmu Thariqah mereka bernisbah kepada As-Syech Al-Kabir Al-Arifbillah Abu Madyan Syu’aib Al-Maghribi, kalau Abu Madyan Al-Maghribi adalah Imam para wali dan sufi di penjuru Barat sedangkan As-Syech Abdul Qodir jaelany Imam para wali dan sufi di penjuru Timur.


VIII. KISAH-KISAH KEKERAMATAN SAYYIDINA AL-FAQIH AL-MUQADDAM RA.

Berkata As-Syech Abdullah Al-Idrus didalam Kitab beliau;”Al-Mawahib Al-Quddusiyah”As-Syech Ibrahim Baharwaz As-Syibamy mengatakan :
”Di Syibam masih disimpan Kitab-kitab yang menceritakan kekeramatan Sayyidina Al-Faqih Al-Muqaddam Muhammad bin Ali Ra yang berjumlah lebih kurang seratus Riwayat mengenai kekeramatan beliau”

Sayyidina Al-Faqih Al-Muqaddam mempunyai Ahklak yang mulia, beliau dengan Ketawadhu’annya membawa sendiri ikan yang beliau beli dari pasar ke rumah beliau, beliau melazimkan Al-Khumul
Kekeramatan Sayyidina Al-Faqih Al-Muqaddam Ra sangatlah banyak beberapa diantaranya adalah sebagai berikut:

1. Berzikirnya pohon-pohon dan batu-batu di Wadi An-Nua’ar
Sayyidina Al-Faqih Al-Muqaddam telah melakukan Riyadhah dan Mujahadah yang sangat luar biasa, dan beliau telah ber-Uzlah di lembah An-Nu’air selama setahun beribadah siang dan malam, pada satu kesempatan anak beliau; As-Syech Ahmad mengikuti beliau ke Wadi An-Nu’air maka tatkala ia sampai di lembah tersebut dia melihat Al-Faqih Muqaddam sedang berzikir Jahr , dilihat oleh As-Syech Ahmad seluruh yang ada di lembah tersebut termasuk seluruh batu-batuan dan pohon-pohonan berzikir mengikuti Al-Faqih Muqaddam lalu pingsanlah anak beliau As-Syech Ahmad yang dikala itu masih muda kemudian ketika dia sadar ayah beliau; Sayyidina Al-Faqih Muqaddam memperingatinya agar jangan mengulangi mengikuti beliau ber-Uzlah di lembah tersebut.


Jalan masuk menuju tempat khalwat Sayyidina Al-Faqih Al-Muqaddam Ra di Wadi ‘An-Nu’air

Tempat Khalwat Sayyidina Al-Faqih Al-Muqaddam Ra

2. Suara dari langit

Sayyidina Al-Faqih Ra didalam Bidayahnya mendengarkan seruan dari langit;

“Wahai Faqih Muhammad bin Ali, tingalkanlah urusan-urusanmu yang bersifat Zhohiriyah, menhadaplah engkau keharibaan kami, kamipun akan menyampaikan dan menolongmu, sesungguhnya kami mempunyai keinginan pada dirimu dan bagimu dari kami ni’mat yang selalalu bertambah, lazimkanlah dirimu selalu ber-tafrid didalam Tauhid, dan ber-Tajrid di dalam Tafrid, kami akan memperlihatkan kepadamu tanda-tanda kekuasaan kami dan kami akan memberikan engkau keutamaan, maka jangan engkau jadikan keinginan kami tersamar dalam keinginanmu, dan jadikan kepada kami awal tujuanmu dan kembalimu, dan jangan engkau alihkan tujuanmu selain kepada kami sesungguhnya kami mempunyai hamba-hamba yang Khusus yang akan kami sampaikan hajat-hajat mereka darimu kepada kami”

3. Keadaan keluarga Sayyidina Al-Faqih Al-Muqaddam Ra sepeninggal beliau

Diriwayatkan bahwa As-Syech Al-Kabir Al-Arif billah Ta’ala Abdullah bin Muhammad bin Abdurrahman bin Abu Ibad Ra datang ke Tarim sesudah wafatnya Sayyidina Al-Faqih Ra untuk menengok anak-anak Sayyidina Al-Faqih Ra beserta isteri beliau “Ummul Fuqara’ ” Al-Hababah Zainab R.anha, tatkala As-Syech Abdullah telah bertemu dengan Al-Hababah Zainab beliau berkata;
”Bagaimana keadaan kalian sepeningal Sayyidina Al-Faqih Ra?”
Al-Hababah Zainab R.anha menjawab:
”Keadaan kami sepeningal Sayyidina Al-Faqih tidak ada bedanya dengan sebelum beliau (Sayyidina Al-Faqih Ra) wafat, sedangkan keadaan Alwi bersama ayahnya sama sebagaimana pada waktu masa hidupnya, Ilmu dan Rahasia langit bagi kami seperti kami melihat Bumi mendatangi kami pada waktu siang dan malam, sedangkan Alwi datang kepadanya berselang sehari atau dua hari”

Rumah Sayyidina Al-Faqih Ra

4. Air yang naik dengan perintah Sayyidina Al-Faqih Al-Muqaddam Ra

Sayyidina Al-Faqih Ra dalam usia remaja yaitu ketika beliau masih belajar disalah satu Majlis Ta’lim di Masjid Tarim, beliau tertidur pulas ketika telah masuk waktu sholat, padahal bilamana ada siswa yang meninggalkan sholat berjama’ah akan dihukum oleh gurunya, (demikianlah pengajaran ketat di Tarim pada waktu itu yang betujuan untuk mendidik para siswanya untuk mengikuti sunnah-sunnah Rasul Allah SAW) sampai akhirnya para siswa sudah bersiap-siap untuk sholat berjama’ah Sayyidina Al-Faqih Ra masih tertidur, ketika beliau bangun beliau mengisyaratkan dengan tangan beliau kesumur Masjid tiba-tiba air pun naik dengan seizin Allah SWT lalu Sayyidina Al-Faqih Ra berwudhu’ dan tidak ketinggalan sholat berjama’ah.


5. Pembantu Sayyidina Al-Faqih Al-Muqaddam Ra yang hilang

Diriwayatkan bahwa Sayyidina Al-Faqih mempunyai seorang pembantu yang bernama “Khuraishoh” Khuraishoh ini sudah lama pergi dan tidak tahu lagi khabarnya hidup atau mati, maka bertanyalah keluarganya kepada Sayyidina Al-Faqih, Sayyidina Al-Faqih Ra kemudian terdiam sejenak lalu beliau mengangkat kepalanya ke langit, kemudian Sayyidina Al-Faqih Ra menjawab;
”Abu Khuraishoh belum mati”
kemudian keluarga Abu Khuraishoh bertanya lagi;
”Bagaimanakah anda mengatakan Abu Khuraishoh belum mati padahal khabar kematiannya sudah menyebar?”, Sayyidina Al-Faqih Ra menjawab;
”Aku telah melihat ke setiap istana yang berada di Syurga, dan Abu Khuraishoh tidak ada disana”
keluarga Abu Khuraishoh bertanya lagi;
”Coba anda lihat di Neraka barangkali Abu Khuraishoh disana?”
Sayyidina Al-Faqih Ra marah lalu berkata;
”Sungguh tidak akan masuk neraka para pembantuku”.
Tak lama berselang Abu Khuraishoh pulang, dan tidak kekurangan sesuatu apapun.

6. Pertolongan dengan Al-Madad dan Barakah dari Sayyidina Al-Faqih Al-Muqaddam Ra

Diceritakan oleh A-Syech Muhammad bin Ali bin Al-Faqih Ahmad bin Abu Alwi R.anhum dari paman beliau A-Syech Muhammad bin Al-Faqih Ahmad Ra beliau bercerita;
”Aku bermusafir dari Zhofar hendak menuju Syihr dengan perbekalan yang kami angkut dengan onta, pada waktu kami telah sampai di Ghizoh yang banyak rusak jalannya, jatuhlah perbekalan kami berantakan diatas gunung, rombongan kamipun merasa cemas terhadap para penduduk Ghizoh, karena mereka seringkali bila ada rombongan Khafilah yang perbekalannya berantakan merekapun merampasnya sampai tidak ada lagi yang tersisa bagi pemiliknya.Para penduduk Ghizoh ketika melihat keadaan rombongan kami yang sedemikian rupa, merekapun berbondong-bondong menaiki kuda mereka, hendak menghampiri kami dengan bertujuan merampas harta benda kami.Ketika itu juga, aku beristighatsah kepada kakekku; Sayyidina Al-Faqih Ra belumlah sempat kuselesaikan Tawasulku, tiba-tiba rombongan kami terangkat diudara dan mendarat disatu lapangan yang agak jauh dari para penduduk seolah-olah ada yang membawa kami dan melemparkan kami, kamipun selamat dan merasa lega, para penduduk Ghizoh pun berlaku baik kepada kami, mereka malahan membanatu kami mengemasi barang-barang,mereka kami beri upah, salah satu dari mereka memberitahu kepada kami, tatkala rombongan kami terangkat di udara,ia berkata;”Ketika aku melihatmu sedang berdo’a dan bertawassul tadi, aku melihat seseorang yang berjubah dan bersorban putih yang terbang dan mengangkat dan memindahkan rombongan kalian dari gunung kelapangan”, aku lalu memberitahukan kepadanya; ”Sungguh aku bilamana sedang tertimpa kesusahan aku beristighatsah kepada kakekku Sayyidina Al-Faqih Ra dan dengan seizin Allah kesusahannku akan hilang pada saat itu juga”.sekali waktu aku baru sampai dari Habasyah dan aku membawa barang bawaan yang banyak, ketika aku sampai di kota Adn aku merasa bingung karena Amir Adn pada waktu itu suka merampas perbekalan orang asing yang melintas di Adn, lalu akupun bertawassul dan beristighatsah kepada kakekku Sayyidina Al-Faqih Ra, setelah itu akupunbaru turun dari kapal tatkala aku telah turun kedarat,tiba-tiba ada seorang laki-laki yang berkta kepadaku;”Bawalah barang-barangmu dan berjalanlah dari arah sana”sambil menunjuk kesatu arah, lalu akupun berjalan diarah yang ia tunjukkan kepadaku,sampai akhirnya sampailah aku dijalan besar di Adn dan selama itu akupun tidak mendapati seseorangpun yang menghentikan perjalananku dan mengambil barang bawaanku sampai akhirnya selamatlah aku sampai ditujuan semuanya itu dengan Rahmat Alllah SWT dan barakah dari kakekku Sayyidina Al-Faqih Ra”

Diriwayatkan dari As-Syech Al-Arif Billah Alwi bin Ahmad bin Al-Faqih bin Abu Alwi R.anhum beliau berkata;
”Aku bermusafir dengan berombongan dari Hadhramaut salah seorang rombongan adalah As-Sayyid Muhammad bin Ali Al-Khatib R.a ke Yaman maka kamipun berlayar dengan kapal dari pelabuhan di kota Syihr, lalu kamipun berlayar, tapi ketika kami sampai ditengah laut, tiba-tiba ada badai yang menerpa kami yang membuat kapal kami hancur berkeping-keping, akupun berpegangan dengan sekeping kayu, dalam keadaan sedemikian rupa, aku beritighatsah dengan dengan kakekku, As-Syech Al-Faqih Muhammad bin Ali Ra,maka belumlah sempurna kalimatku tiba-tiba ada tali yang ujungnya tidak ada menjulur dari udara kearahku, akupun lalu berpegangan pada tali itu dan tali itu membawaku kedarat dengan selamat, tatkala aku sampai didarat akupun bertemu dengan As-Sayyid Muhammad bin Ali Al-Khatib yang sudah duluan sampai dan selamat kedarat, akupun berkata kepadanya;”Bagaimanakah keadaanmu?”, Ia menjawab;”Segala puji bagi Allah yang telah menggantikan segala musibah kita dengan keamanan”

Diriwayatkan dari As-Sayyid As-Sholeh Muhammad bin Ali bin Umar bin Abu Alwi Ra beliau bercerita;”Pada sekali waktu aku sedang berada di Adn, dan aku ingin melakukan perjalanan ke Hadhramaut dan tidak ada satu kemudahan bagiku untuk melakukan perjalanan ke hadhramaut dan tidak ada satu kapalpun di pelabuhan Adn yang bertujuan ke Syihr, keadaan yang sedemikian tersebut membuat pikiranku menjadi kalut, dan aku merasa takut akan membuat cemas keluargaku di Hadhramaut, pada malamnya aku beristighatsah dengan kakekku Sayyidina Al-Faqih Ra sampai akhirnya akupun tertidur akupun bermimpi bertemu dengan sepupuku seorang Wali yang besar yaitu As-Syech Muhammad bin Ali (namanya sama tapi bukan Sayyidina Al-Faqih Ra), yang ingin datang menolongiku maka aku berkata padanya, “Kenapa engkau datang aku tidak meinta bantuanmu aku meminta tolong kepada kakekku Sayyidina Al-Faqih Ra” didalam mimpiku aku melihat serombongan Ba’alawi yang sedang berkumpul, lalu turunlah kepada kami Sayyidina Al-Faqih Ra, beliau berkata;”Aku datang untuk menolongi orang yang meminta pertolonganku di Adn siapa orangnya?” akupun lalu menjawab;”Akulah orangnya wahai kakekku” kemudian akupun lalu terbangun, setelah aku Sholat Shubuh aku lalu pergi menuju ke Pelabuhan, menunggu pertolongan yang dijanjikan oleh Sayyidina Al-Faqih Ra, tak lama aku menunggu kudapati kapal yang baru datang, yang semuanya menuju ke Syihr yang dengan Qudrah-Nya dirapatkan kepelabuhan Adn maka akupun lalu bisa berlayar dengan Rahmat Allah SWT dan Barakah dari kakekku Sayyidina Al-Faqih Ra.”

7. Sayyidina Al-Faqih Al-Muqaddam Ra dan kebun kurma yang terbakar

Sayyidina Al-Faqih Ra mempunyai satu kebiasaan, yaitu beliau bilamana pada waktu pagi selalu berkata pada teman-teman beliau;
”Siapakah diantara kalian yang bermimpi semalam?”dan bilamana ada diantara teman-teman Sayyidina Al-Faqih yang bermimpi mereka akan menceritakannya pada Sayyidina Al-Faqih Ra.Pada satu ketika ada seseorang yang sebenarnya berhajat kepada Sayyidina Al-Faqih Ra ynag berkta kepada beliau berpura-pura ia bermimpi katanya;
”Sungguh aku telah bermimpi semalam, seolah Dunia telah kiamat dan seolah-olah ada yang menyeru;”Mana Junaid? Mana Fulan bin fulan ia menyebutkan beberapa Wali”, kemudian sipenyeru ini berseru lagi;”Dimanakah As-Syech Al-Faqih Al-Muqaddam?”ada yang menjawab; ”As-Syech Al-Faqih sedang asyik dengan kurmanya” karena itulah yang membuat Dunia menjadi Kiamat As-Syech Al-Faqih telah lupa mengurus perkara-perkara Allah SWT dan Makhluk—Nya”
maka tatkala Sayyidina Al-Faqih mendengarkan penuturan lelaki tersebut tiba-tiba Sayyidina Al-Fqih beteriak;
”Terbakarlah Kurma!”,
lalu terbakarlah kebun kurma Sayyidina Al-Faqih Ra, lalu berkatalah orang tersebut dengan nada menyesal; ”Sungguh aku telah berbohong agar engkau membagikan kepada kami Kurmamu”Sayyidina Al-Faqih menjawab, “Tidak ada kepentingan bagiku terhadap segala sesuatu yang menjauhkan aku kepada Tuhan-ku walaupun engkau berbohong”.

Tempat kurma Sayyidina Al-Faqih Al-Muqaddam Ra, semuanya berjumlah 300 buah yang digunakan untuk menampung kurma yang akan dibagikan kepada fakir miskin

8. Sayyidina Al-Faqih Al-Muqaddam Ra dan Nabi Allah Hud As

Diriwayatkan bahwa Sayyidina Al-Faqih Al-Muqaddam Muhammad bin Ali Ra berkata;
”Sungguh sekali dalam satu tahun aku tidak berziarah kepada Nabi Allah Hud As, maka ketika aku sedang duduk disatu tempat yang atapnya tinggi tiba-tiba datang kepadaku Nabi Allah Hud As, yang menundukkan kepalanya ketika hendak masuk, tatkala ia telah dekat denganku beliau ia berkata;”Wahai Syech Al-Faqih bilamana engkau tidak berziarah kepada kami, maka kamilah yang akan berziarah kepadamu”aku bertanya kepada beliau;”Wahai Nabi Allah Hud As dari manakah anda tadi?”beliau menjawab;”Aku dari mendatangi anakku Hadun”.

Makam Nabi Allah Hud As

9. Sayyidina Al-Faqih Al-Muqaddam dan Nabi Allah Khidir As

Berkata As-Syech Abdurrahman Al-Khatib Ra didalam kitabnya;”Al-Jauhar As-Syafaf”, dan beberapa para pemuka kaum Sufi meriwayatkan juga bahwa telah berkata As-Syech Abdurrahman bin Muhammad As-Segaff Ra;
”Pada satu ketika Sayyidina Al-Faqih Al-Muqaddan Muhammad bin Ali Ra sedang berkumpul bersama para sahabatnya maka datanglah kepada mereka Abu Al-Abbas Nabi Allah Al-Khidhir As dalam rupa seorang Badwi, dan diatas kepalanya membawa Zabid maka tatkala ia mendekati Majlis Sayyidina Al-Faqih Ra mengambil Zabid tersebut dari kepalanya,dan Zabid tersebut dimakan oleh Sayyidina Al-Faqih Al-Muqaddam Ra kemudian Nabi Allah Khidhir As pergi, para sahabat Sayyidina Al-Faqih Ra melihat kejadian ini, merasa heran dengan kelakuan Sayyidina Al-Faqih Ra, lalau merekapun bertanya kepada beliau;”Wahai Sayyidina Al-Faqih Ra siapakah orang Badwi tersebut?”Sayyidina Al-Faqih Ra memberitahukan kepada mereka;”Badwi tersebut sebenarnya adalah Abu Al-Abbas Nabi Allah Khidhir As.”

10. Hadirnya Sayyidina Al-Faqih dalam sholat Jenazah

Meriwayatkan As-Syech Sa’id bin Umar Lihaf dari anaknya, Muhammad bahwa beliau berkata; ”Tidaklah kami sholat atas jenazah seorang Muslim kecuali beliau (As-syech Al-FaqihRa), hadir dan ikut Sholat bersama kami padahal beliau telah wafat”, dan telah berkata As-Syech Abdullah bin Muhammad Abu Ibad Ra; ”Tidaklah kami Sholat atas jenazah, kecuali As-Syech Al-Faqih Ra hadir dan ikut sholat bersama kami” ,berkomentar As-Syech Abdurrahman Al-Khatib Ra, ”Sayyidina Al-Faqih Ra mendatangi jenazah mereka, karena Sayyidina Al-Faqih Ra menyayangi kaum Muslimin dan kedatangan beliau dikarenakan untuk memeberikan Syafa’ah Kewilayahan beliau kepada mereka, kalau mereka ditimpa oleh kesusahan, Sayyidina Al-Faqih Ra akan menolongi mereka karena Sayyidina Al-Faqih Ra berakhlak dengan Nama-nama Allah SWT dan dengan Akhlak Baginda rasul Allah SAW,dan telah berfirman Allah SWT kepada Nabi-Nya;”Tidaklah Aku utus engkau wahai Muhammad kecuali agar menjadi Rahmat bagi semesta alam”,seperti itulah keadaan para Nabi dan Awliya’ tidaklah Allah SWT mengutus para Nabi dan mengangkat para Wali, kecuali menjadikan mereka sebagai Rahmat bagi segenap Makhluk-Nya,diriwayatkan bahwa termaktub didalam beberapa Kitab Allah yang diturunkan kepada para Nabi yang terdahulu bahwa berfirman Allah SWT;”Aku adalah Tuhan yang penyayang dan aku tidak menyayangi orang yang yang tidak mempunyai sifat kasih sayang”

11. Mi’rajnya Sayyidina Al-Faqih Al-Muqaddam Ra

Murid Sayyidina Al-Faqih Al-Muqaddam Ra, yaitu As-Syech Sa’id bin Umar Lihaf selalu menyaksikan Sayyidina Al-Faqih Ra Mi’raj kelangit setiap malam, dan hal ini memang atas perintah Sayyidina Al-Faqih Ra, bilamana beliau melihat sesuatu, maka hal tersebut diberitahaukan kepada Sayyidina Al-Faqih Ra, pada satu ketika Sayyidina Al-Faqih Ra baru turun dari Mi’raj beliau As-Syech Sa’id melihat sesuatu yang berkilau berbentuk bulat melekat dibaju Sayyidina Al-Faqih Ra kemudian diambil oleh As-Syech Sa’id, kemudian diberitahukannya kepada Sayyidina Al-Faqih Ra, Sayyidina Al-Faqih tersenyum dan berkata;

“Wahai Lahif kami mendapatkan yang engkau pegang itu dari langit sedangkan engkau mengambilnya dari bajuku tanpa bersusah payah”

Dari As-Syech Al-Arif billah Fadl bin Abdullah Ra beliau berkata:
”Sesungguhnya onta Sayyidina Al-Faqih Ra mengetahui jalan dilangit sebagaimana jalan di Bumi”.



12. Marahnya Sayyidina Al-Faqih Al-Muqaddam Ra

Telah diriwayatkan bahwa As-Syech Muhammad bin Ustman As-Syamhuniy Az-Zhofary mendatangi anak-anak Sayyidina Al-Faqih Ra setelah Sayyidina Al-Faqih Ra wafat, maka beliau disambut oleh Al-Habib Alwi Al-Ghuyur dan Al-Habib Abdurrahman menjemput As-Syech Muhammad dari luar kota, tatakala mereka telah bertemu berziarahlah mereka bersama-sama ke makam para Wali dan beberapa orang Sholihin, kemudian Al-habib Abdurrahman berpesan kepada saudaranya yaitu;As-Syech Alwi Al-Ghuyur;
”Wahai Alwi aku hendak pulang terlebih dahulu kerumah mempersiapkan jamuan untuk As-Syech Muhammad, sedangkan engkau tunggulah disini temani As-Syech Muhammad”
Kemudian Al-Habib Abdurrahman pulang kerumahnya, dan Al-Habib Alwi menemani As-Syech Muhammad ,setelah Al-Habib Abdurrahman pulang datanglah As-Syech Ibrahim bin Yahya Abu Fadhal Ra, dia berkata kepada Al-Habib Alwi Al-Ghuyur Ra;
”Wahai Alwi aku ingin agar engkau bersedia untuk menyerahkan kepadaku untuk menjamu As-Syech Muhammad”
Al-Habib Alwi Al-Ghuyur mengizinkan As-Syech Ibrahim untuk membawa As-Syech Muhammad, kemudian pulanglah Al-Habib Alwi Al-Ghuyur, ketika Al-Habib Abdurrahman bertemu dengan Al-Habib Alwi sendirian tidak bersama As-Syech Muhmmad bertanyalah Al-Habib Abdurrahman kepada Al-Habib Alwi perihal As-Syech Muhammad, Al-Habib Alwi lalu memberitahukan bahwa As-Syech Muhammad dibawa oleh As-Syech Ibrahim, murkalah Al-Habib Abdurrahman, beliaupun langsung menemui As-Syech Muhammad setelah beliau bertemu dengan As-Syech Muhammad beliaupun menumpahkan segala kekesalannya kepada As-Syech Muhammad karena memenuhi undangan As-Syech Ibrahim dahulu, padahal beliau sudah mempersiapkan jamuan untuk As-Syech Muhammad dirumah beliau, As-Syech Muhammad mengahadapi kekesalan Al-Habib Abdurrahman dengan senyuman dan penuh ketawadhu’an, maka setelah Al-Habib Abdurrahman melihat keluhuran Akhlak As-Syech Muhammad beliaupun menyesali diri beliau yang terlalu mengikuti hawa nafsu, beliaupun pergi ke Masjid dan ber-I’tikaf dan beliau berniat tidak akan keluar dari Masjid sebelum As-Syech Muhammad memaafkan perlakuan beliau terhadap As-Syech Muhammad, tak lama kemudian As-Syech Muhammad mendatangi Al-Habib Abdurrahman dengan muka ketakutan, dan berkata kepada beliau;
”Wahai Abdurrahman urungkanlah niatmu untuk meminta maaf kepadaku, karena aku takut terhadap ayahmu (Sayyidina Al-Faqih) karena beliau tadi telah mendatangiku dalam keadaan marah kepadaku seperti singa dan ia berkata kepadaku;”Wahai Muhammad apakah engkau ingin menghinakan anakku dengan akhlakmu?”
Diriwayatkan bahwa As-Syech Barakwah pergi keTarim bermaksud mengajak penduduk Tarim kepada Mazhab Thariqah yang dianutnya, sesampainya di Tarim ia bermimpi didatangi oleh Sayyidina Al-Faqih Al-Muqaddam Ra, karena Imam Thariqah penduduk Tarim, adalah Sayyidina Al-Faqih Al-Muqaddam Ra.

13. Sayyidina Al-Faqih Al-Muqaddam Ra dan guru beliau As-Syech Ali Bamarwan Ra

Dalam cerita yang masyhur yaitu kejadian antara Sayyidina Al-Faqih Al-Muqaddam dan guru Fiqh beliau As-Syech Ali Bamarwan dikisahkan, bahwa Sayyidina Al-Faqih Ra setelah menerima Khirqah dari As-Syech Abdullah As-Sholeh Al-Maghriby Ra, dijauhi oleh As-Syech Ali Bamarwan dengan maksud agar Sayyidina Al-Faqih menekuni kembali Dunia Fiqh karena As-Syech Ali Bamarwan menginginkan Sayyidina Al-Faqih menjadi Imam bagi para Faqih, sebagaimana yang dikatakannya kepada Sayyidina Al-Faqih;
”Aku menginginkanmu menjadi Imam kami (Ahli Fiqh) sebagaimana Ibnu Fuwraq, sedangkan engkau sekarang mengambil jalan Tasawwuf dan menjauhi kami”
As-Syech Ali Bamarwan tetap menjauhi Sayyidina Al-Faqih sampai akhir hayatnya tatkala As-Syech Ali Bamarwan sakit yang telah parah Sayyidina Al-Faqih Ra sedang berada di ‘Ajz yaitu satu daerah di pedalaman Hadhramaut, jaraknya dari Hadhramaut berkisar setengah hari perjalanan, segera menemui As-Syech Ali Bamarwan tetapi Sayyidina Al-Faqih Ra terlambat dan As-Syech Ali Bamarwan telah wafat dan telah dikebumikan, Sayyidina Al-Faqih lantas beri’tikaf di Masjid , tak lama setelah Sayyidina Al-Faqih Ra beri’tikaf, dengan seizin Allah As-Syech Ali Bamarwan yang telah dikebumikan hidup kembali dan menemui Sayyidina Al-Faqih Ra pada waktu Shubuh, mereka berduapun terlibat percakapan, Sayyidina Al-Faqih Ra bertanya kepada As-Syech Ali Bamarwan;
”Bagaimanakah aku disisi kalian Ahli kubur?”
As-Syech Ali Bamarwan menjawab;
”Kami semua (ahli barzakh) mengharapkan engkau menjadi Imam sebagaimana ahli Dunia memintamu menjadi Imam”
Tatkala mereka sedang bercakap-cakap, tiba-tiba datanglah Hamid (Mu’azzin di Masjid itu) yang hendak melakukan Azan Shubuh iapun menyaksikan kejadian luar biasa tersebut yaitu bertemunya As-Syech Ali Bamarwan yang sudah wafat dengan Sayyidina Al-Faqih Ra, Hamid meminta Do’a kepada mereka berdua, Hamid yang merasa tidak kuat untuk tidak bercerita kepada masyarakat luas meminta izin kepada Sayyidina Al-Faqih Ra agar ia dizinkan untuk memberitahukan kejadian tersebut kepada masyarakat, ia terus meminta izin sampai akhirnya Sayyidina Al-Faqih meminta Hamid agar tidak menceritakan hal tersebut kemasyarakat luas selagi Sayyidina Al-Faqih Ra masih hidup, dan Hamid pun mematuhi permintaan Sayyidina Al-Faqih Ra sehingga pada waktunya, yaitu setelah Sayyidina Al-Faqih Ra meninggal, Hamid yang tidak kuasa lagi menyimpan pengalaman luar biasa yang dia alami menceritakan kejadian tersebut ia berteriak dengan suara lantang kemasyarakat yang sedang menghadiri pemakaman Sayyidina Al-Faqih Ra.

14. Kejadian menjelang Akhir hayatnya Sayyidina Al-Faqih Al-Muqaddam Ra dan ramalan beliau

Di akhir hayat Sayyidina Al-Faqih Al-Muqaddam Ra,beliau mengalami Al-Waridat yang agung sehingga terbukalah bagi beliau rahasia-rahasia Al-Laduniyah dan Al-Wahbiyah, terbentang bagi beliau Asrar Ar-Rabb , sehingga menenggelamkan beliau dalam lautan Shibghah Ar-Rabbany, dan Allah SWT membukakan bagi beliau rahasia-rahasia Malakut dan Jabarut, diselimuti oleh An-Nur Al-Lataif, beliau hanyut dalam hal yang sedemikian rupa selama lebih kurang 100 hari, tidak makan makanan sesuappun dan tidak meminum air barang setegukpun, dalam keadaan beliau yang seperti itu ada seseorang yang berkata kepada beliau membacakan satu ayat;

“Setiap yang bernyawa pasti mati”
Dijawab oleh Sayyidina Al-Faqih;

“Aku tidak mempunyai nyawa(Nafs)”
Kemudian disebutkan lagi satu ayat Al-Qur’an kepada beliau;

“Setiap segala sesuatu itu Fana’”
Dijawab oleh beliau;

“Aku tidak mempunyai ke-Fana’an”
Kemudian disebutkan lagi kepada beliau;

“Segala sesuatu itu akan celaka kecuali zat-Nya”
Dijawab oleh beliau;

“Aku dari cahaya zat-Nya”

Dalam keadaan beliau yang sedemikian rupa beliau selalu menolak makanan yang disuapkan kepada beliau,sehingga pada suatu saat, tatkala makanan telah masuk keperut beliau, terdengarlah satu suara yang didengar oleh orang banyak;
”Kalau kalian semua telah merasa bosan terhadapnya (Sayyidina Al-Faqih) Kami akan menerimanya, kalau kalian meninggalkannya dari makanan dia akan tetap Kami hidupkan”
Didalam satu riwayat dikatakan ketika detik-detik terakhir hayat beliau tatkala beliau hendak disuapi, mata beliau terbuka, dan beliau berkata;
”Apakah kalian telah bosan terhadapku?”
lalu beliaupun wafat.
Sebelum Sayyidina Al-Faqih Al-Muqaddam Ra wafat, beliau sempat meramalkan beberapa kejadian yang akan terjadi, beberapa diantaranya adalah:
1. Terbakarnya kota Baghdad dan terbunuhnya Khalifah dikala itu disaat yang sama.
2. Akan terjadinya banjir di Hadhramaut, banjir ini benar-benar terjadi dan menelan korban jiwa sebanyak 400 orang banjir ini dikenal dengan nama “Jahisy”
3. Terjadi juga banjir, yang menimpa kota Baghdad, banjir ini terjadi pada bulan Jumadil Akhir th 654 H, mengakibatkan meluapnya sungai Dajlah sehingga airnya meluap menggenangi kota Baghdad dan sekitarnya, merobohkan rumah Wazir kota Baghdad dan rumah-rumah penduduk, sebanyak lebih kurang 330 rumah dan juga banyak menelan korban jiwa.
4. Terbakarnya Masjid Nabawi diawal bulan Ramadhan th 654 H.
5. Invasi suku Tartar ke Baghdad, satu tragedi besar dalam Dunia Islam, yaitu penyerbuan suku Mongol dibawah pimpinannya Jenghis Khan yang membuat terbunuhnya Khalifah serta pembantaian besar-besaran disertai dengan pembakaran buku-buku Ilmu Pengetahuan yang tidak ternilai harganya semuanya ini terjadi pada bulan Shofar th 654 H.
Semua kejadian diatas terjadi pada th 654 H, satu tahun setelah Sayyidina Al-Faqih wafat, berarti semua kejadian tersebut telah diramalkan oleh beliau lebih kurang setahun sebelum kejadian-kejadian tersebut diatas terjadi.



15. Keberkahan, Al-Madad, dan Al-Asrar yang diturunkan Allah SWT disisi makam Sayyidina
Al-Faqih Al-Muqaddam Ra

Banyak Qoul dari para Wali besar yang mengatakan bahwa pada makam Sayyidina Al-Faqih Al-Muqaddam banyak diturunkan Rahmat Allah SWT dan disisi makam beliau banyak terdapat kebaikan, berapa banyak orang yang susah yang dilepaskan dari kesusahannya dan berapa banyak orang yang sakit telah sembuh dari penyakitnya dikarenakan Keberkahan dari Sayyidina Al-Faqih Al-Muqaddam Muhammad bin Ali Ra.Mengenai keberkahan dan kemujaraban yang didapatkan dari ber-Istighatsah dan bertawassul disisi makam Sayyidina Al-Faqih Al-Muqaddam Muhammad bin Ali Ra diceritakan ada seorang lelaki yang matanya bengkak sehingga membuatnya tidak bisa tidur dalam waktu yang lama, ia kemudian pergi kemakam Sayyidina Al-Faqih Al-Muqaddam Ra, selanjutnya ia berkisah:
”Ketika aku telah tiba disisi makam Sayyidina Al-Faqih kuletakkan kepalaku disisi makam beliau kemudian aku tertidur sebentar dan ketika aku bangun bengkak pada mataku telah hilang seketika itu juga”

Makam Sayyidina Al-Faqih Al-Muqaddam Ra

Bercerita As-Syech Ahmad bin Muhammad Abu Harmiy :
”Suatu ketika aku ingin keluar untuk berziarah ke kubur para Awliya’ di Zanbal, Tarim, yanng pertama kali kuziarahi adalah kubur para Khutaba’ , ketiaka aku akan membaca Salam kepada para Ahli kubur , tiba-tiba ada dua orang laki-laki yang memegang kedua tanganku disebelah kanan dan sebelah kiriku kemudian mereka mengangkatku diudara dan memindahkan diriku kedepan makam Sayyidina Al-Faqih Ra, kemudian mereka berkata kepadaku:”Kalau engkau hendak berziarah berilah salam terlebih dahulu kepada Sayyidina Al-Faqih Al-Muqaddam Muhammad bin Ali Ra, kemudian setelah itu barulah engkau boleh berziarah kepada siapa yang engkau ingin ziarahi,hal ini mesti engkau dahulukan walupun kubur orang yang ingin engkau ziarahi jaraknya jauh dari makam Sayyidna Al-Faqih” kemudian aku bertanaya kepada mereka :”Siapakah anda berdua ini?” Kami adalah Sayyidina Abu Bakar dan Sayyidina Umar” kemudian merekapun menghilang.
Menurut para Ahli Arifin, menerangkan bahwa barang siapa yang ingin berziarah kepekuburan “Zanbal” sebelum berziarah kepada Sayyidina Al-Faqih maka batallah ziarahnya.
Seorang Sholihin bercerita;
”Pada satu waktu aku sedang berada disatu tempat yang sangat menakutkan, akupun lalu bertawassul dan beristighatsah dengan beberapa orang Sholih yang kukenal, kemudian akupun tertidur, dan akupun bermimpi ada yang berkata;”Engkau tidur ataupun bangun tidak akan menyelamatkanmu dari kami kecuali Allah SWT, dan As-Syech Muhammad bin Ali Ra “akupun lalu mengadu kepada beliau, dan bertanya siapakah beliau ini? Lalu ada yang berkata;”Beliau adalah dimakamkan di makam ini” akupun lalu melihat dalam mimpiku makam Sayyidina Al-Faqih Ra”.

As-Syech Muhammad bin Abu Bakar Ba’ibad Ra sering berziarah kemakam Sayyidina Al-Faqih Al-Muqaddam Ra bilamana beliau lewat makam Sayyidina Al-Faqih Ra beliau langsung berziarah walaupun awalnya tidak bertujuan untuk berziarah misalnya hanya kebetulan lewat, keseringan berziarahnya As-syech Muhammad Ba’ibad Ra ke makam Sayyidina Al-Faqih menimbulkan kebingungan dikalangan pengikut beliau,karena beliau sendiri melarang orang untuk berziarah kubur, sehingga ada yang bertanya kepada beliau;
”Kenapa anda selalu berziarah ke makam Sayyidina Al-Faqih? Padahal anda sendiri melarang orang untuk berziarah kekuburan?”
beliau menjawab;
”Bilamana aku melihat makam Sayyidina Al-Faqih, aku tidak kuasa untuk tidak menziarahinya”
Didalam Kitab “Al-Anmuzaj Al-Latif” disebutkan bahwa telah berkata As-Syech Fadl bin Abdullah:
”Sayyidina As-Syech Al-Faqih Muhammad bin Alwi bin As-Syech Ahmad bin Sayyidina Al-Faqih Al-Muqaddam Muhammad bin Ali Ra beliau berkata:”Tempat duduk yang paling aku cintai didunia ini adalah duduk disisi makam kakekku Sayyidina Al-Faqih Al-Muqaddam”
Dan telah bercerita As-Syech Abdullah bin Alwi Ra:”Pada satu ketika aku berada disatu padang rumput dan aku ditimpa demam yang sangat tingi sehingga hampir-hampir membuatku hilang kesadaran dan menimbulkan rasa sakit yang luar biasa akupun terpikirbahwa hal ini tidak bisa dibiarkan lebih lama lagiakupun lalu mendatangi makam Sayyidina Al-Faqih Ra,kemudian kututup mataku dan kupanjangkan tanganku keatas makam Sayyidina Al-Faqih Ra kemudian aku bertawasshul”Aku meminta kepada Allah SWT dengan keberkahanmu agar dihilangkan-Nya demam panas yang menimpaku” kemudian aku mendengarsuara yang berkata kepadaku;”Kucukupi/kupenuhi” lalu kutarik tanganku dan kubuka mataku,kemudian hilanglah demam dari diriku dan tidak pernah menimpaku lagi”.


16. Do’a Sayyidina Al-Faqih Al-Muqaddam Ra bagi keturunan beliau

Sayyidina Al-Faqih Al-Muqaddam Ra berdo’a untuk anak keturunan beliau dengan tiga permintaan beliau yang telah di Ijabah oleh Allah Jalla Wa’Ala, do’a Sayyidina Al-Faqih Ra untuk anak keturunannya tersebut adalah sebagai berikut :
1. Tidak dikenal oleh masyarakat umum (Mastur) dan tidaklah mereka terjun dalam kemasyarkatan kecuali dalam keadaan Faqir dan mencintai kaum fakir miskin.
2. Jangan sampai mereka dikuasai oleh penguasa yang menzhalimi mereka
3. tidak ada yang mati dalam keadaan masih berhajat kepada urusan Duniawinya, yaitu tidak mempunyai hajat Duniawi yang bisa memberikan Mudharat kepada urusan agamanya.